https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

10 Bulan Tak Dipupuk, Kebun Sawit Penuh Semak

10 Bulan Tak Dipupuk, Kebun Sawit Penuh Semak

Harga pupuk nonsubsidi melambung, akibatnya banyak petani sawit tak sanggup memupuk kebunnya. Foto: Pupuk Indonesia


Rengat, elaeis.co – Keluhan petani sawit akibat mahalnya harga pupuk nonsubsidi di tengah murahnya harga sawit masih terus terdengar. Di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, banyak petani kelapa sawit tak lagi sanggup merawat kebun karena harga pupuk naik dua kali lipat dalam enam bulan terakhir.

Mursid, petani sawit di Kecamatan Kuala Cenaku, mengaku tahu apa akibatnya jika tanaman sawit tidak dipupuk. “Perkembangan tanaman akan terganggu, produktivitas tandan buah segar (TBS) akan turun,” katanya kepada elaeis.co, kemarin. 

“Sudah 10 bulan kebun saya tidak dipupuk, saya paham dampaknya ke depan. Tapi mau bagaimana lagi, pupuk tak terbeli. Dengan kondisi harga TBS saat ini, cukup untuk makan saja sudah syukur," tambahnya.

Menurutnya, harga pupuk NPK saat ini sudah mencapai Rp 980.000/zak ukuran 50 kilogram dan pupuk urea Rp 680.000/zak. “Petani dihadapkan pada pilihan yang sulit, pilih perawatan kebun atau kebutuhan sehari-hari," ujarnya. 

Menurutnya, saat ini harga TBS hanya Rp 1.400/kg di tingkat pengepul. “Hasil panen kebun saya hanya 2 ton sebulan, jadi hanya Rp 2,8 juta. Dipotong upah tukang panen Rp 200.000 per ton, maka bersihnya uang yang diterima cuma Rp 2,4 juta sebulan,” paparnya. 

“Kalaupun setiap bulan disisihkan uang untuk keperluan kebun, toh juga tak cukup. Sebab, paling hanya bisa beli satu karung dengan kondisi harga pupuk seperti sekarang. Padahal kebutuhan untuk per hektar sawit bisa 5 sampai 8 karung,” tambahnya.

Dia mengakui sejak harga sawit merosot, kebun kelapa sawitnya menjadi semak. “Bukan saya saja yang seperti itu, petani lain juga tak sanggup lagi mengupah orang merawat kebunnya. Hasil panen sawit hanya bisa buat beli beras dan bahan pokok sehari-hari,” tukasnya.
 

Komentar Via Facebook :