Berita / Nusantara /
Ada PTPN, Kenapa Masalah Minyak Goreng Curah Tak Selesai?
Palangkaraya, elaeis.co - Anggota Dewan Pakar DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (apkasindo), Wayan Supadno, heran persoalan minyak goreng curah sulit diselesaikan.
Padahal, menurutnya, mengatasinya sebenarnya tidak sulit karena potensi yang dimiliki Indonesia cukup.
"Kebijakan pemerintah selama ini kurang tepat. Harusnya produksi PTPN saja cukup untuk memenuhi minyak goreng curah," katanya kepada elaeis.co baru-baru ini.
Menurutnya, kebutuhan minyak goreng curah Indonesia mencapai 194 ribu ton per bulan atau 2 jutaan ton per tahun.
Jika menggunakan hitungan kasar dengan perkiraan luas kebun sawit PTPN 600.000 hektare dan produksi CPO setara 5 ton CPO per hektare per tahun, maka dalam setahun akan dihasilkan 3 juta ton CPO.
"Lebih rinci lagi hitungannya begini. Luas sawit PTPN 643.500 hektare x 25 ton TBS/hektare x 23% rendemen CPO, hasilnya mencapai 3.700.125 ton. Itulah potensi CPO di PTPN," paparnya.
Menurutnya, jika dikonversi, 1 ton CPO menghasilkan 0,7 ton minyak goreng curah (RBD olein) dan sisanya terdiri dari PFA, RBD stearin, kotoran, dan loses.
"Jadi 1 ton CPO bisa menjadi migor curah 700 kg, maka 3 juta ton CPO bisa dapat 2,1 juta ton minyak goreng curah. Seharusnya persoalan minyak goreng curah ini selesai dari PTPN saja, bukan?” kata Wayan.
Menurutnya, perhitungan tersebut menggambarkan bahwa untuk membuat minyak goreng curah dengan harga murah tidak perlu membuat petani kecil sengsara.
"Cukup alokasikan produksi perusahaan sawit milik negara untuk memproduksi minyak goreng curah guna memenuhi kebutuhan rakyat," katanya.
"Harga minyak goreng komersil di Malaysia Rp 26.000/liter sedangkan yang ekonomi kemasan Rp 14.000/liter. Sesungguhnya Indonesia juga tidak sulit membuat harga minyak goreng curah Rp 14.000/liter," tambahnya.
Komentar Via Facebook :