https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Agus Pakpahan: Harus Inklusif and Smart Plantation

Agus Pakpahan: Harus Inklusif and Smart Plantation

Mantan Dirjenbun RI, Prof. DR. Agus Pakpahan. Foto: Ist


Jakarta, elaeis.co - Bagi mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan, Prof. DR. Agus Pakpahan, penekanan kerjasama lima tahun ke depan antara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dengan PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN) menjadi momen dan kemajuan luar biasa yang dilakukan Apkasindo. 

"Isu utamanya itu sebenarnya bukan replanting, tapi kesejahteraan pekebun yang dibalut oleh Komunitasnya yaitu Apkasindo. Selama ini kita bukan enggak punya dana untuk membikin perkebunan, tapi dana itu enggak pernah balik. Kredit Perkebunan Inti Rakyat (PIR) enggak pernah balik kecuali PIR kelapa sawit. Meski begitu, tetap saja masih sangat disayangkan lantaran sawit, bisa bayar kredit tapi enggak bisa replanting. Ini artinya, sawit enggak sustainable," kata Agus. 

Dalam kerjasama yang baru dibangun Apkasindo dan RPN itu kata Agus, selain replanting yang tetap dikerjakan, "Kita musti bangun pemikiran supaya 25 tahun yang akan datang, enggak ada lagi waktu kita untuk duduk membicarakan dan meneken MoU soal replanting, tapi replanting sudah jalan sendiri. Ini baru berhasil komunitas petani sawit yang dikenal dengan nama Apkasindo," katanya. 

Apkasindo telah tumbuh berkembang dengan sangat pesat pada 10 tahun terakhir, oleh karena itu bagi Agus, konsep replanting berkelanjutan itu sangat bisa. Konsep semacam itu kemudian dinamai Agus konsep inklusif and smart plantation. 

"Saya bisa paham kenapa sampai sekarang kita masih berharap bantuan replanting. Itu lantaran pikiran kita masih dibimbing oleh pikiran ekslusif dan tidak smart. Padahal seribu satu macam produk bisa keluar dari sawit. Tapi selama ini yang kita ambil cuma Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil (PKO), yang lain tidak," katanya. 

Dengan makin kuatnya komunitas Petani sawit yaitu Apkasindo kata Agus, maka Apkasindo telah muncul sebagai Sosial Kapital. Ini yang kemudian diisi oleh RPN sebagai Intelektual Kapital. 

"Dengan begitu, akan hadir suatu produk yang memberikan keunggulan komunitas. Konsep yang saya sodorkan tadi bukan untuk kita membangun tanaman, tapi komunitas petani kelas dunia. 

"Anda bisa menengok petani anggur di Perancis. Mereka makmur lantaran mereka membikin Wine. Makin tua Wine, makin mahal. Kita juga bisa seperti itu, petani sawit makin makmur lantaran membikin X misalnya. X itu apa saja, ini bisa kita urai. Tapi paling tidak di sana harus ada power plan," ujarnya panjang lebar. 

Sebab power plan kata Agus adalah sumber energi, energi ada, apapun bisa kita bikin. "Satu persen energi naik, 1 persen pula Human Development meningkat," katanya. 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :