Berita / Pojok /
Ajining Diri Ana Ing Lathi, Ajining Sarira Ana Ing Busana
Agung Marsudi. foto: dok. pribadi
Apa yang dialami tuan Ade Armando (AA) yang dipelasah massa dalam demo, Senin (11/4/2022) di Senayan memberi peringatan bagi penggiat medsos yang biasa nyinyir di dunia maya, harus hati-hati bila di dunia nyata. Segala sesuatu bisa terjadi, apalagi di tengah aksi demonstrasi.
Apapun alasannya, "kesamaptaan" diperlukan.
Demo hari Senin, adalah panggung anak muda, panggung mahasiswa tulang punggung bangsa. Mungkin tak pas jika sosok sekaliber AA berada di tengah massa, meski mengaku tak menjadi bagian dari demo, cuma mendukung dan memantau.
But, dumn!
Berita yang dialami AA di media massa, seperti bercermin di kaca retak. Dinamikanya cepat, dan merayap. Tak cukup waktu, argumentasi beradu. Bogem mentah, lebih dulu dilepaskan, para petinju dadakan.
Massa aksi, bergerak, bergelombang, berteriak, tak kuasa melihat satu persatu apa yang terjadi di sudut panggung demo.
"Duh, Armando!"
Baca juga: Politik 'Aborsi' Ala Qodari
Pepatah tua, "You are what you do" seperti melekat pada kejadian yang menimpa tuan AA, dari Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) itu. "Ajining diri, ana ing lathi, ajining sarira ana ing busana". Panggung demokrasi di tengah aksi, perlu kelenturan. Sebab reaksi menjalar lebih cepat.
Langit Jakarta ketika terjadi demo, sejatinya tak mendung, tapi tidak untuk yang suka "berdengung". Kadang demokrasi punya caranya sendiri, menegur aktivis, meski sekuat tua keladi.
"Akankah, teriakannya sampai ke istana?"
Jakarta, 11 April 2022
Agung Marsudi
Direktur Duri Institute. Pemerhati masalah-masalah urban, lingkungan dan sosial politik. Lahir di Solo, 03 Maret 1970. Lebih dari dua dasawarsa, penggemar olahraga panjat tebing ini, juga terlibat dalam kegiatan pemetaan potensi dan analisis data sosial, ekonomi dan politik.
Keseriusannya di bidang geospasial, telah mengantarkannya mengelilingi Indonesia dengan mosaik dan keragamannya.
Founder lembaga kajian Duri Institute yang berkhitmad pada persoalan kebangsaan, migas dan kearifan lokal ini juga aktif di berbagai kegiatan antikorupsi serta menjadi narasumber di berbagai diskusi, seminar, workshop tentang kedaulatan Migas Indonesia.
Menjadi pembicara dalam Kajian Akademis Tata Kelola Migas di Indonesia: Keuangan Negara dan Daerah serta Petroleum Fund, Universitas Indonesia dan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, terkait Perang Asimetris & Skema Penjajahan Gaya Baru.
Menulis dua buah buku terkait anatomi dan sepak terjang Chevron di Blok Rokan; Duri Tanah Air Baru Amerika (2010) dan Chevronomics (2016).







Komentar Via Facebook :