https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Ajukan PSR karena Takut Keburu Ganti Presiden

Ajukan PSR karena Takut Keburu Ganti Presiden

TBS produksi petani plasma yang tergabung di KUD Mekar Sari, Desa Mekar Sari, Kecamatan Tungkal Jaya Kabupaten Muba, diangkut menuju pabrik. Foto: Adin Salihin


Sekayu, elaeis.co - Sekitar 900 hektare kebun sawit plasma binaan PT Hindoli Plantations and Mills (perusahaan milik Cargill Indonesia) di enam desa di Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, diajukan untuk mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR). Para petani berharap bisa mendapatkan hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Adin Salihin, salah satu petani plasma binaan PT Hindoli, menyebutkan, saat ini seluruh petani plasma di enam desa sedang melakukan pendataan kepemilikan dan status lahan agar proses administrasi PSR bisa dipercepat.

Masing-masing koperasi unit desa (KUD) di tiap desa diminta untuk bergerak mengumpulkan data dari para anggotanya. "Termasuk saya yang menjadi anggota KUD Sumber Sari," katanya kepada elaeis.co, Senin (21/2/2022).

Selain itu, saat ini mereka juga sedang persiapan untuk membentuk badan usaha bersama berbentuk CV yang akan bertugas menanggungjawabi pembelian bibit sawit berkualitas.

"Kami sepakat membeli kecambah Yangambi produksi PPKS Medan. Nanti CV yang mau kami dirikan ini yang mengurus semua proses pembelian, penangkaran, dan penyemaian bibit sawit ke masing-masing lahan sawit kami setelah pengajuan PSR kami disetujui BPDPKS," paparnya.

Kata dia, rata-rata tanaman sawit mereka ditanam tahun 1995-1996 dan 2000-2001, sudah cukup tua dan melewati satu siklus generasi tanaman sawit.

"Memang sudah saatnya di-replanting. Lagian, kami juga takut kalau nanti ganti presiden, jangan-jangan program PSR enggak diadakan lagi sama presiden yang baru," tukasnya.

Pertimbangan itulah yang membuat para petani bekerja keras agar proses pengajuan PSR itu bisa selesai tahun ini juga dan proses penanaman bisa dimulai tahun depan atau sebelum Pemilu 2024.

Menurutnya, saat ini tanaman sawit mereka sedang dalam masa trek dan itu sudah berlangsung sejak bulan Januari lalu. "Kami sengaja tidak merawat sawit lagi agar tak lagi banyak menghasilkan buah," sebutnya.

Efeknya sudah kelihatan, produksi TBS dari kebun sawit seluas 9 kavling atau 18 hektar hanya 1.204 kilogram atau 1,2 ton. "Turun drastis, cuma satu truk colt diesel saja," pungkasnya. 


 

Komentar Via Facebook :