Berita / Internasional /
Aktifis Desak Hentikan Perang, Anak Palestina Butuh Kedamaian
Jakarta, Elaeis.co - Unjuk rasa menentang agresi Israel merebak di berbagai penjuru dunia. Demonstran pro-Palestina mengutuk serangan Israel yang menewaskan puluhan anak tak berdosa.
Di Eropa, sebuah ungkapan yang ditulis pada poster demonstran pro-Palestina viral di media sosial. Poster itu bertuliskan, "Anak Palestina: Kami kini salat 6 kali sehari, Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya, dan Jenazah."
Tulisan pada poster tersebut mengiaskan kerusakan psikologis anak-anak Palestina yang setiap hari harus bersiap menghadapi kematian.
Menurut data terbaru dilansir ReliefWeb, lembaga pelayanan informasi kemanusiaan milik Kantor Koordinasi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Humanitarian (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), sedikitnya 60 anak Palestina di Jalur Gaza meninggal dunia akibat area tempat mereka tinggal dan bermain dibombardir militer Israel.
“Setiap kali ada serangan udara, kami menjadi takut," kata Khaled, bocah Palestina berusia 10 tahun yang tinggal di Gaza kepada organisasi Save The Children seperti dikutip suara.com dari ReliefWeb.
Khaled mengatakan, serangan udara Israel selalu memaksanya berhenti di pintu setiap kali mau nermain keluar rumah. Ia pun akhirnya terpaksa berlari ke dalam rumah secepatnya mencari tempat aman untuk berlindung.
Ia memberikan kesaksian, "Setiap kali saya meletakkan kepala di atas bantal, ada serangan udara lain dan saya bangun dengan ketakutan."
Direktur Save The Children di wilayah Palestina, Jason Lee, mengungkapkan sedikitnya 60 anak Palestina terbunuh di Gaza dalam sepekan terakhir.
"Berapa banyak lagi keluarga harus kehilangan anak tercinta mereka, sebelum komunitas internasional bertindak menghentikan Israel?" kata Jason Lee.
Berdasarkan laporan timnya, Jason Lee mengungkapkan tim medis di Gaza kesulitan merawat korban pemboman, termasuk anak-anak, karena jaringan listrik rusak.
Pasokan bahan bakar, yang merupakan satu-satunya sumber tenaga listrik di Jalur Gaza, kian menipis. Sementara Israel telah memblokade perbatasan tempat masuknya bahan bakar ke Gaza.
Save the Children memperingatkan akan ada guncangan yang menghantui warga sipil di Gaza. Pertama, pemboman Israel yang terus berlanjut, akan merusak fasilitas kesehatan dan infrastruktur sehingga warga Gaza akan sulit mendapat pasokan hidup.
Kedua, anak-anak Gaza yang sakit kritis dan terluka tidak dapat meninggalkan daerah itu untuk mendapatkan perawatan lebih memadai.
"Kesemua layanan publik di Gaza kini berada di tepi jurang kehancuran. Belum lagi kini kita menghadapi wabah covid-19. Persediaan medis sangat terbatas karena blokade," kata Jason.
Menurut data terbaru PBB, kerusakan infrastruktur akibat bom Israel telah menyebabkan 480.000 orang di Gaza kesulitan mengakses air bersih.
"Bahkan di sejumlah titik, tak lagi ada air," kata Jason.
Jason berharap, komunitas internasional dan PBB bisa mendesak Israel untuk menghentikan pemboman di Gaza. Selain itu, komunitas internasional harus bisa mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata, agar misi kemanusiaan bisa masuk.
"Itu semua untuk menjamin anak-anak di Gaza bisa hidup dalam kedamaian."
Komentar Via Facebook :