https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Di Paluta

Anak Petani Tidak Suka Agen Sawit. Ini Sebabnya

Anak Petani Tidak Suka Agen Sawit. Ini Sebabnya

Petani sawit sedang memasukan TBS ke truk pengangkut. (sumber foto: doc player info)


Gunung Tua, elaeis.co - Tampaknya anak-anak petani sawit di Kecamatan Holongonan Timur, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta),

Provinsi Sumatera Utara, memiliki cara tersendiri untuk menghindari dominasi para agen pengepul atas tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit.

“Kalau petani sawit di sini langsung menjual ke pabrik kelapa sawit(PKS). Sebab, harga pembelian di pabrik jauh lebih tinggi dibandingkan harga di agen pengepul. Bahkan kami memilik untuk tidak pernah menjual lewat agen sawit,” kata Ahmad Sobary (21) kepada elaeis.co, Sabtu (30/4/2022).

Ia sendiri saat ini meneruskan pengelolaan kebun sawit milik orangtuanya seluas empat hektar dengan usia tanaman sekitar 18 tahun.

Agar bisa terlepas dari jeratan agen pengepul, Sobary menyupiri sendiri truk pengangkut TBS hingga ke PKS.

"Aku sendiri yang jadi supir, kuantar ke PKS. Dari situlah aku tahu beda harga TBS di PKS dan agen pengepul," kata Sobary.

Hasil panen dari kebun seluas empat hektar bisa dimuat dalam truk yang ia supiri tersebut.

“Setiap proses panen sawit kami selalu terisi satu truk. Memang enggak terlalu penuh, palingan sekitar empat ton, bahkan pernah mencapai lima ton sekali panennya,” kata Sobary.

Namun Sobary mengaku mengeluhkan perkembangan harga TBS saat ini yang melorot jauh dari Rp 3.000-an per kilogram menjadi Rp 1.600/kg.

"Dan hal ini sudah terjadi selama empat hari terakhir," kata Sobary. Alhasil, pendapatannya pun kini turun drastis.

Padahal di saat yang sama ia masih membutuhkan biaya untuk pembayaran sewa truk pengangkut TBS, biaya pemanen, dan biaya lainnya.

“Setiap panen kita juga ada pengeluaran seperti sewa truk, biaya pemanen dan biaya lainnya. Makanya kami berharap supaya cepat pulih lagi harga sawit,” tegas Ahmad Sobary.

Komentar Via Facebook :