https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Anggota Komisi VI DPR: Kata Dirut PTPN III, Modal Migor Kemasan di Bawah Rp10 ribu, Asal...

Anggota Komisi VI DPR: Kata Dirut PTPN III, Modal Migor Kemasan di Bawah Rp10 ribu, Asal...

Anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade. foto: tangkapan layar


Jakarta, elaeis.co - Cuplikan omongan anggota Komisi VI DPR, Andre Rosiade berdurasi satu menit dua puluh lima detik itu, hari ini viral di sejumlah group whatsapp petani sawit. 

Soalnya lelaki 43 tahun itu cerita kalau Komisi VI telah mengundang Direktur Utama PTPN III Holding, Abdul Ghani, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP). 

Gani kata senator asal Sumatera Barat ini cerita bahwa modal untuk membikin satu kilogram minyak goreng dalam kemasan cuma di bawah Rp10 ribu. 

"Itu kalau kebun, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan pabrik migornya milik sendiri," kader Partai Gerindra ini menirukan omongan Ghani.  

Cerita Andre ini sontak mengundang tanggapan yang beragam. Ada yang bilang,"Mantap ini PTPN III, semoga mendapat tugas mulia mengurus migor nasional,"

Di group lain, "Ada yang bilang kehancuran petani sawit berawal dari sini ya? Salah atau benar, ya?"

Lalu ada pula yang bilang "Mana ada dalam bisnis CPO milik sendiri, refinery milik sendiri, prosesing migor milik sendiri," 

Elaeis.co pun mencari tahu dari mana asal muasal cuplikan omongan Andre tadi. Eeee...ternyata, Andre bilang kayak begitu pada tanggal 7 Juni 2022 lalu, persis sepekan sebelum Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lufti dicopot dari jabatannya. 

Waktu itu Komisi VI DPR menggelar Rapat Kerja (Raker) dengan Mendag terkait RKP dan RKA tahun anggaran 2023 dan minyak goreng serta kebutuhan bahan pokok. Adalah Ketua Komisi VI, Faisal Riza, yang memimpin rapat kerja itu. Faisol adalah kader Partai Kebangkitan Bangsa asal Jawa Timur. 

Di raker berdurasi 2:53:50 dan ditayangkan secara langsung di youtube itulah Andre selama sekitar 6 menit berkomentar begini;   

Saya tadi pagi senang menonton live instagram Pak Menteri. Saya melihat bahwa di live IG nya Pak Menteri, Pasar apa itu ya pak? 

Menteri Lufti bilang pasar di Kampung Ambon. 

Di pasar itu kalau enggak salah datang ke beberapa titik(saya menonton di dua titik). Di dua pengecer itu menjual migor Rp14 ribu migor curah. Dalam sehari bisa menjual untuk 360 orang atau 180 liter kalau enggak salah. Yang ber-KTP yang dipertanyakan orang itu. 

Terus terang ini perlu kita apresiasi bahwa pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk 10 ribu titik (pengecer migor curah).   
 
Tapi ini enggak cukup Pak Menteri. Kami dari Fraksi Gerinda mengusulkan secara resmi kalau bisa dalam setiap pasar tradisional yang ada di seluruh Indonesia, minimal ada 3 pengecer. Artinya butuh 30 ribu pengecer. Biar masyarakat betul-betul bisa menikmati migor curah dengan HET Rp14 ribu. 

Apalagi Pak Menteru, di kursi Pak Menteri duduk itu, minggu lalu kami mengundang Dirut PTPN III Holding Abdul Ghani. Pak Ghani sudah menjelaskan pada kami dalam RDP, bahwa modal migor dalam kemasan, kalau kebun, PKS dan pabrik migor milik sendiri, itu di bawah Rp10 ribu. 

Nah, pemerintah menetapkan HET migor curah hanya Rp14 ribu. Harusnya para pengusaha dan oligarki itu mampu mendeliver Rp14 ribu. 

Nah, ini faktanya Pak Menteri. Jadi saya berharap, Pak Menteri sudah belajar banyak di kebijakan Januari, Februari, Maret, ini bisa kita lakukan. Saya lihat kebijakan yang dilakukan oleh Kemendag sudah on the track... 


 

Komentar Via Facebook :