https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Anjloknya Harga Sawit Bukti Lemahnya Petani tak Bermitra

Anjloknya Harga Sawit Bukti Lemahnya Petani tak Bermitra

Truk pengangkut TBS antre karena pabrik kelapa sawit membatasi pembelian sawit. Foto: Febri/elaeis.co


Pekanbaru, elaeis.co - Keputusan Presiden Joko Widodo mencabut larangan ekspor minyak goreng dan bahan bakunya mulai Senin (23/5) mendatang memberi angin segar bagi industri kelapa sawit tanah air.

Kebijakan itu sempat membuat petani babak belur karena harga tandan buah segar (TBS) anjlok. Pengusaha juga ngos-ngosan menjual minyak sawit mentah (CPO). 

Namun, ada pelajaran yang bisa dipetik dari situasi yang di luar perkiraan tersebut. Bahwa kemitraan petani dengan perusahaan itu sangat penting. 

"Tinggal melanjutkan pembenahan agar menjadikan ini sebagai pembelajaran berharga. Seperti penguatan kelembagaan pekebun, kemitraan atau kerja sama khususnya bagi petani swadaya atau non-mitra," kata Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Defris Hatmaja, kepada elaeis.co, Sabtu (21/5). 

Dia mengatakan, selama larangan ekspor diberlakukan mulai 28 April 2022 lalu, petani swadaya non-mitralah yang mengalami dampak paling buruk. Lantaran tidak ada kerja sama, harga TBS-nya anjlok hingga 70 persen. 

"Makanya kita dorong para toke sawit di daerah supaya mau berlembaga. Agar bisa kita mitrakan dengan pabrik kelapa sawit sesuai yang diatur Peraturan Gubernur nomor 77 tahun 2020," ujarnya. 

"Sudah terbukti, bermitra sesuai regulasi, harga TBS-nya lebih mujarab," pungkasnya.

 

Komentar Via Facebook :