Jakarta, elaeis.co - Selama pandemi covid-19, sistim pembelajaran siswa maupun mahasiswa jadi berantakan.

Tak hanya di Indonesia, juga di negara lain yang terpaksa memberlakukan sistim yang sama; belajar daring (tatap muka lewat laptop maupun HP).

Mayoritas orang tak suka dengan cara belajar kayak begitu. Ini dibuktikan oleh hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dilakukan tahun lalu. 

Lebih dari 1.700 siswa mengatakan kalau belajar daring itu, tak efektif. Dari jumlah itu, 76 persen bilang tak suka belajar di rumah. 

April lalu, Arus Survei Indonesia (ASI)  melanjutkan survey itu dengan mewawancarai 1.000 orang responden melalui telepon. Lagi-lagi, mayoritas responden bilang ingin segera belajar tatap muka langsung. 

Menengok fenomena yang terjadi ini, Universitas Pertamina mencoba menemukan solusi agar belajar daring tadi bisa membikin anak-anak enjoy. 

Ilustrasi belajar daring. foto: dok. humas Universitas Pertamina.

Hasilnya, kamis pekan lalu, aplikasi Cerita bersama Ibu dan Ayah (CerIA) pun meluncur. Aplikasi ini diyakini bisa membikin belajar daring lebih optimal.

"Sebab, orang tua bisa terlibat mengevaluasi capaian belajar anak dan berkomunikasi dengan pihak sekolah," kata Meredita Susanty, M.Sc, dalam siaran pers yang diterima elaeis.co tadi pagi.

Meredita sendiri adalah dosen Program Studi Ilmu Komputer, sekaligus ketua proyek aplikasi CERIA itu. 

Melalui aplikasi itu juga kata Meredita, komunikasi pihak sekolah soal tugas, tak hanya kepada siswa, tapi juga orang tua. 

Lalu, fitur notifikasi dan pengingat tenggat waktu yang ada di aplikasi itu akan membantu siswa dan orang tua meraih capaian belajar yang optimal. 

Sebab laporan evaluasi capaian siswa akan bisa ditengok dari hasil kiriman aplikasi itu kepada orang tua.
 
Dalam pengembangan aplikasi tadi, Meredita dan tim melibatkan mahasiswa program studi Ilmu Komputer. Salah satunya Sundari Oktamiyunda.

"Dalam sistim belajar daring, orang tua memang akan kesulitan mengevaluasi hasil belajar anaknya. Ini terjadi lantaran keterbatasannya mengunjungi sekolah. Nah, dengan aplikasi ini, orang tua bisa langsung berinteraksi secara personal dengan guru kelas atau mata pelajaran terkait. Riwayat percakapan akan terekam di aplikasi, dengan begitu akan bisa memonitor kemajuannya siswa," katanya. 

CEO dan Founder startup Sejuta Cita, Andika Sudarman, menyebut bahwa aplikasi CerIA tadi akan sangat membantu masyarakat, khususnya di masa pandemi. 

Apalagi, tren pembelajaran daring diprediksi masih akan terus belanjut sampai beberapa tahun ke depan. 

"Aplikasi ini bisa menjadi pionir lahirnya aplikasi edukasi serupa yang bisa memberikan manfaat bagi lingkungan," katanya.

Kebetulan Andika jadi narasumber seminar daring bertajuk ‘Are You Ready to Build Your Startup’ di sela peluncuran aplikasi CerIA itu. 

Bagi Universitas Pertamina. Aplikasi CerIA bukanlah inovasi pertama. Sebelumnya sudah ada aplikasi SPINTHER, aplikasi trauma healing untuk penyintas perundungan.

Dari tahun lalu Universitas Pertamina juga sudah rutin melaksanakan kompetisi bisnis mahasiswa demi melahirkan bisnis rintisan, termasuk startup. 

Saat ini, tak kurang dari 32 rintisan bisnis mahasiswa mendapat pembinaan dan pendanaan dari universitas. 

Tiga bisnis rintisan besutan mahasiswa Universitas Pertamina dapat pembinaan dan pendanaan pula dari Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui kegiatan Kewirausahaan Pemuda. 

Berbagai seminar dan pembekalan juga telah dilaksanakan kedua institusi untuk mendorong partisipasi aktif para mahasiswa untuk menciptakan usaha dan startup baru.

Oleh ini semua pula, tak salah kalau orang tua memilih menguliahkan anak-anaknya ke kampus milik PT Pertamina (Persero) itu. 

Kebetulan saat ini sedang dibuka Seleksi Nilai UTBK dan Seleksi Nilai Rapor untuk Tahun Akademik 2021/2022. 

Informasi lengkap pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran. Universitas Pertamina juga memberikan beragam beasiswa yang informasinya dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/beasiswa/