https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Aspek-PIR: Mitra Konsep Offtaker, Tak Menjamin Petani

Aspek-PIR: Mitra Konsep Offtaker, Tak Menjamin Petani

Ilustrasi-petani kelapa sawit. (Syahrul/Elaeis)


Pekanbaru, elaeis.co - Kemitraan antara petani dan perusahaan kelapa sawit masih terus digenjot. Ini bertujuan agar petani lebih sejahtera dan dapat menikmati harga sesuai yang ditetapkan pemerintah.

Sementara ada beberapa model kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit. Mulai dari plasma atau PIR, semi plasma hingga yang hanya berkonsep offtaker.

Menurut Ketua Umum DPP Aspek-PIR Indonesia, Setiyono model offtaker yang hanya bermitra jual beli hasil kebun kelapa sawit justru tidak menjamin kesejahteraan petani. Sebab menurutnya kerjasamanya tidak kuat.

Seperti kondisi yang kini dialami 1.500 petani di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat yang diduga menggunakan konsep kemitraan offtaker. Dimana hasil kebun kelapa sawit justru tidak diterima oleh pabrik lantaran belum memenuhi syarat perjanjian.

Bahkan TBS ditolak pabrik kelapa sawit meski itu hasil kebun PSR yang luasnya mencapai 6.000 hektare.

"Pertama, tentu harus lihat umur tanamnya. Jika dibawah 3 tahun, tentu PKS belum bisa menerima. Sebab dalam Permentan buah yang bisa diterima minimal berumur 3 tahun," kata Setiyono kepada elaeis.co, Rabu (7/9)

Yang kedua lanjut Setiyono model perjanjian antara perusahaan dan petani. Ia menduga perjanjian kedua belah pihak tidak sesuai. Sehingga PKS berani menolak hasil kebun petani. Jika sudah seperti itu, dia menebak perjanjian yang terjalin adalah offtaker atau jual beli TBS saja.

"Mestinya dipahami dulu pola kemitraannya. Jika perusahaan yang melakukan PSR, pasti mereka (PKS,red) tidak akan menolak. Sebab mereka membutuhkan TBS yang berkualitas. Kalau perusahaan yang mengerjakan PSR sudah jelas kualitasnya terjamin. Ini kerjasama semi Plasma namanya," paparnya.

"Kalau hanya jual beli perjanjiannya, ya seperti itu lah jadinya. Hal seperti ini sudah kita sampaikan sejak awal. Sekarang mulai bermunculan dampaknya," imbuhnya.

Menurutnya, konsep kerjasama itu memang banyak diterapkan di Indonesia. Ia memprediksi masalah ini akan bermunculan kemudian hari.

"Harapan kita, agar tidak terjadi lagi permasalahan yang sama, cobalah petani melihat kemitraan model plasma. Petani dan perusahaan saling menguntungkan. Sehingga petani lebih terjamin. Kita berani mengatakan ini sebab kita sudah menjadi pelaku sejak awal," tandasnya.

Komentar Via Facebook :