Berita / Nusantara /
Bakal Tetap Berduit Walau Sawit Masih Cilik
Jambi, elaeis.co - Kalau semua sesuai rencana, beberapa tahun ke depan, Desa Tanjung Benanah Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar), tidak hanya dijejali oleh tanaman kelapa sawit baru, tapi juga sederet tanaman pangan dan tanaman kebun lainnya.
Soalnya sejak tiga bulan lalu, Jajuri dan kawan-kawan sudah menyiapkan semuanya bersama Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY).
Selain mencari tahu di sudut mana saja kelak lahan kebun kelapa sawit mereka bisa dijejali tanaman sela, bersama para pengurus, Ketua Koperasi Karya Mandiri ini juga sedang membikin konsep pemanfaatan lahan pekarangan rumah anggotanya yang masing-masing seluas setengah hektar itu.
Kebetulan, Jajuri dan sekitar 531 kepala keluarga lainnya adalah eks transmigrasi yang menjadi petani plasma perkebunan kelapa sawit.
Masing-masing kepala keluarga punya dua hektar kebun dan setengah hektar lahan tanaman pangan sekaligus lokasi tempat tinggal. Begitulah dulu pemerintah membaginya.
"Lantaran kondisi yang masih tidak stabil dan akses yang masih sulit, dulu lahan tanaman pangan itu kami tanami kelapa sawit. Nah ke depan kami akan manfaatkan itu benar-benar sesuai peruntukannya: areal tanaman pangan," kata lelaki 65 tahun ini kepada elaeis.co, tadi siang.
Ayah lima anak ini mengaku semakin semangat untuk melakukan penataan itu lantaran sejak Agustus lalu, Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), datang mendampingi mereka.
Tak hanya untuk memberikan pemahaman soal program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang mendapat duit hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) itu, tapi juga mencekoki mereka soal ilmu dan cara supaya tetap punya penghasilan walau kebun sedang diremajakan.
"Kebun kami memang sudah masuk peremajaan. Luasannya sekitar 1.158 hektar. Mudah-mudahan pertengahan tahun depan kami sudah mulai menanam, sekarang lagi pembibitan. Kalau di Tanjabar, potensi kebun yang musti di PSR malah mencapai 5000 hektar," katanya.
Nah, soal ilmu tadi, awal-awal pendampingan, AKPY sudah menulari mereka ilmu membikin sabun dan hand sanitizer.
Lalu industri rumah tanggal koperasi yang sudah ada seperti keripik jamur sawit, dodol umbut sawit dan ragam olahan jahe merah, sudah dibantu pula pemasarannya, termasuk pemasaran online.
Sebetulnya, di Jambi sendiri bukan Tanjabar saja yang jadi sasaran AKPY, tapi juga Muara Bungo.
Petani kelapa sawit di Desa Kuamang Kuning Kecamatan Pelepat Ilir mendapat perlakuan sama seperti petani di Tanjung Benanah tadi.
Puncaknya, dari tiga hari lalu hingga hari ini, 50 orang petani dari dua desa itu dikumpulkan di Kota Jambi ibukota Provinsi Jambi. Mereka dicekoki ilmu tentang bercocok tanam tadi.
Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian UMKM Jambi juga diajak. Sebab kata Direktur AKPY, Sri Gunawan, peran dua lembaga pemerintah ini teramat penting bagi para petani tadi.
Biar sejalan dengan misi workshop itu; pendampingan penguatan kelembagaan desa sawit mandiri pangan dan energi berbasis UMKM.
"Peran dinas untuk kesinambungan usaha-usaha yang dilakukan petani ini sangat penting dan strategis," katanya.
penanggungjawab workshop, Hartono, cerita bahwa misi utama mereka melakukan pendampingan kepada petani adalah untuk percepatan PSR.
"Banyak petani yang takut tak dapat duit lagi kalau pohon sawitnya yang sudah tua, ditebang dan diganti baru. Gara-gara Ketakutan tadi, mereka mengulur-ulur PSR. Ketakutan inilah yang ingin kita hilangkan lewat solusi pendapatan baru bagi mereka," kata lelaki 50 tahun ini.
Hari ini kata ayah dua anak ini, peserta workshop tadi diajak ke lapangan untuk praktek sekaligus membikin demplot.
Ragam tanaman yang bakal ditanam. Mulai dari jahe merah, lemon California, hingga jambu kristal. "Kami akan dampingi mereka sampai benar-benar semuanya berjalan semestinya," ujar Hartono.
Komentar Via Facebook :