Berita / Dewandaru /
Hari Kebangkitan
Bangkitnya Mengawali Usaha
Seingat saya, sejak saya memulai usaha tahun 1995, baru kali ini pemerintah serius dan jorjoran membuat inovasi program kerja (progja) yang tujuannya untuk mendorong agar banyak lahir wirausahawan baru.
Segera terjadi proses pertumbuhan ekonomi, tercipta lapangan kerja, terbangun kemandirian bangsa dan masih banyak lagi multiplier effect yang diharapkan.
Progja itu antara lain subsidi bunga bank yang hanya tinggal 6% per tahun. Padahal lazimnya kredit komersial, bunganya 12% per tahun. Sudahlah bunga bank 6%, kredit hingga Rp100 juta tanpa jaminan pula.
Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyebut bahwa saat ini wirausahawan di Indonesa hanya 3,47%. Padahal, idealnya minimal 10% dari jumlah penduduk. Maka jika dibandingkan dengan negara tetangga, 3,47% itu masih terendah.
Dengan persentase terendah itu, wajar jika di Indonesia masih banyak pengangguran, banyak impor pengusaha (PMA), dan rasio Gini --- kesenjangan sosial --- yang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa paralel penambahan jumlah pelaku usaha hanya menciptakan Rasio Gini saja.
Walau Progja itu sudah ada, pasti masih timbul masalah pada konsistennya BRI menjalankan program pemerintah itu. Belum lagi saat ini banyak anak muda akan bertanya, usaha apa sebaiknya yang akan dibuat, bagaimana mengawalinya dan bagaimana memasarkannya?
Menurut saya, solusi konkretnya adalah; cari usaha yang paling mudah dipasarkan dan bisa membendung impor. Misalkan saja sapi dan gula tebu.
Ini nyata feasible. Mudah dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Resikonya juga kecil karena lazim dilakukan banyak orang.
Kalkulasi logisnya;
1. Tanam Tebu
Utang BRI tanpa jaminan Rp100 juta. Uang ini bisa untuk menanami lahan seluas 2,5 hektar. Kalau hasil panennya dijual, nilainya sekitar 130 ton x 2,5 hektar x Rp600 ribu per ton = Rp195 juta.
Bayar utang dan bunga BRI Rp106 juta. Sisa bersih Rp89 juta.
2. Penggemukan Sapi Limosin
Utang BRI Rp 100 juta. Dibelikan sapi jantan bakalan berbobot 350 kg per ekor atau Rp17,5 juta per ekor.
Kalau dibelikan 4 ekor, uang yang habis Rp70 juta, sisanya Rp30 juta. Uang ini pakai untuk pembiayaan pakan.
Dibesarkan satu tahun dan dijual saat Idul Adha, beratnya sudah 850 kg per ekor. Sebab Average Daily Gain (ADG) 1,4 kilogram. 850x Rp50.000/kgx 4 ekor = Rp170 juta.
Limbahnya 20 ton setara Rp20 juta. Total omset Rp190 juta. Untuk melunasi BRI plus bunga Rp106 juta. Bersih dapat uang Rp86 juta.
Komentar Via Facebook :