https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Banjir Besar di Turki Tewaskan 38 Orang, Erdogan Datangi Lokasi

Banjir Besar di Turki Tewaskan 38 Orang, Erdogan Datangi Lokasi

Banjir besar melanda Turki pada akhir pekan ini dan menewaskan setidaknya 38 orang di dua provinsi. (Demiroren News Agency (DHA) / AFP)


Jakarta, Elaeis.co - Sedikitnya 38 tewas akibat akibat banjir bandang Turki pada Jumat (13/8), dengan rincian 32 orang meninggal di Provinsi Kastamonu dan enam lainnya di kawasan Sinop.

Namun, seperti dilansir AFP pada Sabtu (14/8) Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat Turki (AFAD) meyakini angka itu akan bertambah sebab jumlah orang yang hilang belum ditentukan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (13/8) juga mengunjungi salah satu kota yang paling parah dilanda banjir untuk memimpin doa bagi para korban dan menjanjikan bantuan pemerintah.

Pemerintah setempat melaporkan hampir 200 desa tanpa listrik hingga Jumat (13/8), sementara layanan cuaca memperkirakan hujan akan terus mengguyur daerah-daerah terdampak hingga akhir pekan ini.

Selain banjir, Turki juga tengah berjuang memerangi kebakaran hutan yang telah melahap puluhan ribu hektare hutan di sepanjang pantai selatan selama dua pekan terakhir. Bulan lalu, banjir bandang juga menyerang kawasan timur laut Rize dan menewaskan enam orang.

Ilmuwan meyakini bencana alam seperti itu menjadi lebih intens dan sering karena pemanasan global.

Belum lama ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan soal perubahan iklim, terutama terkait tingkat gas rumah kaca dunia yang cukup tinggi dan berdampak pada gangguan iklim selama beberapa dekade.

Pemanasan 1,1 derajat Celcius yang sudah tercatat itu disebut-sebut memicu kondisi buruk, seperti kebakaran di Turki, Yunani, dan Amerika Serikat.

Terpisah, berdasarkan jajak pendapat, penanganan perubahan iklim akan menjadi prioritas utama sekitar 7 juta pemilih pertama (first time voter) dalam pemilihan Presiden Turki selanjutnya, ketika Erdogan berusaha memperpanjang kekuasaan menjadi tiga dekade. CNN Indonesia

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :