Berita / Nasional /
Begini Tantangan dan Peluang SAF Berbahan Baku Sawit di Indonesia
Pekanbaru, elaeis.co - Pemerintah Indonesia saat ini terus mengembangkan bahan bakar pesawat ramah lingkungan yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF). Proyeksi pengembangan SAF di Indonesia hingga 2030 mendatang ditargetkan sebesar 313.000 ton.
Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Bidang Perekonomian RI, Dida Gardera menjelaskan, terdapat berbagai tantangan dalam pengembangan bahan bakar pesawat dari produk turunan kelapa sawit (minyak goreng, red). Misalnya masih terbatasnya kemampuan produksi bioavtur.
Bahkan bahan baku yang digunakan masih mendapatkan isu persaingan dengan bahan makanan dan keperluan industri lainnya. Lalu biaya produksi juga masih cenderung tinggi. Sehingga jika ingin harga SAF tersebut lebih terjangkau dan ekonomis, biaya produksi harus sebanding dengan pengembangan bahan bakar dari fosil.
"Produksi juga harus ditingkatkan secara signifikan," tuturnya dalam gelaran SIEXPO 2024 di Kota Pekanbaru, Riau, belum lama ini.
Menurut Dida, infrastruktur untuk produksi SAF juga masih terbatas. Bukan hanya produksi namun juga penyimpanan, serta distribusi juga belum memiliki infrastruktur yang memadai. Sehingga sulit untuk supply SAF tersebut.
Kendala lain yakni proses sertifikasi tergolong rumit. Sementara pengembangan SAF juga perlu riset dan perkembangan teknologi agar SAF lebih terjangkau sebagai alternatif pengganti bahan bakar jet.
"Kita masih perlu evakuasi tekni dan tekno ekonomi untuk menuju komersialisasi," imbuhnya.
Sementara kebutuhan yang tinggi baik domestik maupun internasional menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan SAF. Terlebih potensi ketersediaan dan diversifikasi bahan baku dalam negeri yang melimpah.
Komentar Via Facebook :