Berita / Sumatera /
Bengkulu Butuh Pabrik Minyak Goreng untuk Stabilkan Harga TBS
Bengkulu, elaeis.co - Bengkulu membutuhkan industri hilir seperti pabrik minyak goreng untuk menjaga kestabilan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
Daerah-daerah yang memiliki pabrik minyak goreng terbukti cenderung memiliki harga TBS kelapa sawit yang lebih stabil.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bengkulu, Ahmad Irfansyah, menyebutkan, untuk membuat harga TBS kelapa sawit di Bengkulu stabil, perlu adanya pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng.
"Keberadaan pabrik minyak goreng seperti di Sumatera Utara telah membantu mempertahankan harga TBS kelapa sawit di atas Rp 1.800/kg. Di Bengkulu, harga pembelian TBS sawit di tingkat pabrik rata-rata hanya mencapai Rp 1.570/kg," katanya, Kamis (8/6).
"Bengkulu perlu mengembangkan perusahaan pengolahan CPO menjadi minyak goreng agar kita bisa memanfaatkan potensi kelapa sawit kita dengan lebih baik. Dengan adanya pabrik minyak goreng di daerah ini, kita dapat menjaga harga TBS kelapa sawit agar tidak terlalu rendah," tambahnya.
Ia menekankan bahwa harga rendah TBS kelapa sawit di Bengkulu telah menjadi masalah yang perlu segera diatasi. Selain mempengaruhi pendapatan petani, rendahnya harga juga mengurangi daya saing Bengkulu dalam industri kelapa sawit nasional.
"Harga beli TBS kelapa sawit yang rendah di Bengkulu membuat petani tidak mendapatkan keuntungan yang layak dan adil. Ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi Bengkulu dan daya saing kita di industri kelapa sawit nasional," tegasnya.
Ketua Badan Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Bengkulu, Undang Sumbaga, meminta pemda jor-joran berpromosi untuk menarik investor agar mau mendirikan pabrik minyak goreng di Bengkulu. "Tawarkan kemudahan perizinan dan insentif yang dapat membedakan Bengkulu dari daerah lain. Potensi CPO kita sangat besar, sayang sekali tak ada pabrik minyak goreng," sesalnya.
Dia menekankan bahwa hilirisasi CPO akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan nilai tambah produk lokal.
"Peluang investasi di sektor pengolahan kelapa sawit di Bengkulu masih cukup besar. Luas perkebunan kelapa sawit mencapai 200 ribu hektare, namun belum ada perusahaan yang mengelola CPO menjadi barang jadi. Investor masih kurang berminat, dinas terkait harus terus promosi kepada investor domestik maupun internasional," tukasnya.
Komentar Via Facebook :