https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Berbanding Terbalik dengan Harapan Petani, Harga TBS di Bengkulu Turun Lagi

Berbanding Terbalik dengan Harapan Petani, Harga TBS di Bengkulu Turun Lagi

Rapat tim penetapan harga TBS Bengkulu. foto: ist.


Bengkulu, elaeis.co - Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit produksi pekebun bermitra di Provinsi Bengkulu kembali mengalami penurunan.

Hal tersebut diputuskan dalam rapat tim penetapan harga TBS di Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan hasil rapat tim tersebut, harga TBS sawit di tingkat pabrik untuk periode Juni 2023 ditetapkan sebesar Rp 1.718,63/kg. "Harga ini lebih rendah atau turun Rp 103,82 dibandingkan penetapan Mei 2023 lalu sebesar Rp 1.822,45/kg," kata Kabid Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Bickman Panggarbesy, Senin (19/6).

Menurutnya, penurunan harga TBS disebabkan harga minyak sawit mentah atau CPO belum naik yakni sebesar Rp 9.789/kg. "Harga TBS kelapa sawit saat ini lebih rendah dibandingkan April 2023 yang mencapai Rp 2.000/kg," sebutnya.

"Tentu saja ini berdampak pada kesejahteraan petani sawit, tapi kami tidak bisa berbuat banyak karena harga tersebut adalah kesepakatan bersama antara pemerintah, petani sawit dan perusahaan kelapa sawit," ujarnya.

Karena harga tersebut telah disepakati bersama, dia juga meminta pihak pabrik kelapa sawit (PKS) mematuhinya. "PKS wajib membeli TBS sesuai angka yang disepakati. Sebab penetapan harga TBS kelapa sawit sudah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar dan upaya mendukung kesejahteraan petani," tegasnya.

Petani Kelapa Sawit di Bengkulu Tengah, Iskandar Maun mengaku kecewa harga TBS belum sesuai dengan ekspektasi. Sebab dia mendengar informasi bahwa harga CPO sudah menyentuh Rp 10.000/kg.

"Kami berharap harga TBS mengikuti tren kenaikan harga CPO. Tapi yang terjadi malah sebaliknya," sesalnya.

Dia menyebutkan, harga pembelian TBS kelapa sawit tertinggi di Kabupaten Bengkulu Tengah sebesar Rp 1.710/kg. "Saat ini biaya produksi tinggi, petani berharap mendapatkan harga yang lebih adil," tukasnya.

 

Komentar Via Facebook :