https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Bersiap Hadapi Tapering, Rupiah Menguat Tipis-tipis Saja

Bersiap Hadapi Tapering, Rupiah Menguat Tipis-tipis Saja

Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki


Jakarta, Elaeis.co - Nilai tukar rupiah mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (29/10). Padahal, dolar AS sedang mengalami tekanan. Ada beberapa faktor yang membuat rupiah gagal ngegas di perdagangan terakhir pekan ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.150/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini, rupiah setelahnya stagnan di Rp 14.170/US$.

Rupiah mampu kembali menguat tipis 0,04% di Rp 14.165/US$, dan bertahan di level tersebut hingga penutupan perdagangan.

Faktor utama uang menghambat laju rupiah yakni bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis pekan depan.

The Fed hampir pasti melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini, dan pengumumannya akan dilakukan pada pekan depan.

Tapering pernah terjadi pada tahun 2013, dan membuat kurs rupiah jeblok. Tetapi saat ini kondisinya berbeda dengan 2013, fundamental Indonesia sudah jauh lebih baik. Meski tetap saja pelaku pasar melakukan aksi wait and see, hingga mendapat kepastian kapan tapering resmi dilakukan dan seberapa besar.

Pasar saat ini melihat tapering paling cepat dilakukan pada pertengahan November dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menanti rilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE). Hasil survei Reuters menunjukkan inflasi PCE Inti tumbuh 3,7% year-on-year (YoY) di bulan September, lebih dari dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 3 dekade terakhir.

Data tersebut merupakan salah satu acuan utama The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, dan bisa menentukan seberapa agresif tapering akan dilakukan.

 

Selain itu, harga batu bara yang kembali ambrol dalam 2 hari terakhir memberikan sentimen negatif bagi rupiah. Kamis kemarin, batu bara anjlok nyaris 6% dan sehari sebelumnya 8,8%. Harga batu bara acuan Ice Newcastle kini berada di level terendah dalam 2 bulan terakhir.

Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah.

Namun, sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu, hingga ke level penutupan perdagangan kemarin US$ 172/ton batu bara sudah ambles lebih dari 36%. CNBC

Komentar Via Facebook :