Berita / Sumatera /
Biaya Operasional Lebih Murah, Investor Diajak Bangun PKS IVO
Bengkulu, elaeis.co - Pemerintah Provinsi Bengkulu mengajak investor dalam negeri maupun asing membangun pabrik khusus pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi Industrial Vegetable Oil (IVO). Hingga saat ini belum ada pabrik kelapa sawit (PKS) di Bengkulu yang memproduksi IVO.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bengkulu, Karmawanto MPd mengatakan, TBS sawit yang terlalu matang memiliki kandungan asam lemak bebas (ALB) tinggi dan menjadi masalah bagi industri oleofood maupun biodiesel. Namun karakteristik TBS tersebut tidak bermasalah bagi industri greenfuel. Minyak sawit yang digunakan untuk greenfuel sawit ini disebut IVO.
"Selama ini kan pabrik selalu mengeluhkan ALB yang tinggi, tapi ternyata minyak itu bisa digunakan untuk membuat bensin sawit (Bensa)," kata Karmawanto, kemarin.
Keunggulan inilah yang membuat Pemprov Bengkulu membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor untuk membangun PKS IVO di daerah itu. Permintaan IVO ke depan diprediksi akan semakin tinggi seiring dengan rencana pemerintah memproduksi massal Bensa di Indonesia.
"Mumpung Bensa belum diproduksi, tidak ada salahnya investor siap-siap mendirikan pabrik pengolahan TBS menjadi IVO yang menjadi bahan baku Bensa," ujar Karmawanto.
Menurutnya, pengembangan pabrik IVO nantinya akan diarahkan terintegrasi dengan perkebunan sawit sawit rakyat, khususnya petani swadaya yang mengikuti program PSR. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penyerapan TBS petani yang merupakan hasil replanting serta peningkatan nilai tambah yang akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit rakyat.
"Ini adalah hal yang cukup baik, makanya kita ingin investor memanfaatkan peluang yang bagus ini," ungkapnya.
Ia mengaku, pengembangan pabrik IVO berbasis sawit rakyat juga membawa keuntungan lain seperti lebih menguntungkan karena biaya pengolahan TBS di PKS IVO lebih murah (sekitar Rp 95-110 per kilogram) dibandingkan PKS CPO konvensional (sekitar Rp 153 per kilogram) dan lebih hemat dalam biaya transportasi.
"Jadi, pabrik IVO ini lebih hemat dibandingkan pabrik CPO dan tentu saja menguntungkan bagi investor," tutupnya.
Komentar Via Facebook :