Berita / Sumatera /
Bikin Iri, Harga Jagung di Bengkulu Lebih Mahal dari TBS Sawit
Bengkulu, elaeis.co - Petani sawit di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, harus menghadapi kenyataan terjadinya ketimpangan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dengan harga jagung di pasaran.
Saat ini, harga jagung berkisar antara Rp4.800 hingga Rp5.000 per kilogram, sementara harga TBS kelapa sawit masih bertahan di angka Rp1.700 per kilogram. Ketimpangan harga ini membuat para petani sawit merasa dirugikan.
Salah satu petani sawit, Budi Santoso mengaku sangat sedih karena harga TBS kelapa sawit lebih rendah dibandingkan harga jagung. Sehingga dalam beberapa bulan terakhir, petani sawit di Bengkulu Utara mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Padahal, petani sawit telah bekerja keras untuk merawat kebun mereka dan memastikan kualitas buah sawit yang baik.
"Kami mengalami kesulitan finansial karena harga TBS kelapa sawit yang rendah dibandingkan harga jagung. Kami berharap pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait dapat membantu kami menyelesaikan masalah ini dan memastikan harga yang adil bagi TBS kelapa sawit," ujar Budi, Jumat (7/7).
Asosiasi Petani Kelapa Sawit (APKS) Bengkulu juga mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka mendesak pemerintah agar melakukan intervensi guna menyeimbangkan harga TBS kelapa sawit.
"Kami berharap pemerintah dapat melakukan langkah-langkah yang efektif untuk memperbaiki harga TBS kelapa sawit agar tidak kalah dengan harga jagung, sehingga petani sawit dapat mengatasi kesulitan finansial yang mereka hadapi," kata Ketua APKS Bengkulu, Edy Mashuri.
Menyikapi keluhan petani sawit, Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah menyatakan bahwa pemerintah pusat harus melakukan evaluasi terhadap harga TBS kelapa sawit. Sebab harga TBS kelapa sawit kalah dengan harga jagung. Padahal kelapa sawit memiliki jangkauan pasar yang besar dan luas dibandingkan jagung.
"Kami memahami kekhawatiran petani sawit mengenai harga TBS kelapa sawit. Kami akan meminta pemerintah pusat untuk melakukan evaluasi menyeluruh untuk mencari solusi yang tepat guna menjaga keberlanjutan industri kelapa sawit dan memastikan kesejahteraan petani," ujar Rohidin.
Di sisi lain, pakar pertanian Bengkulu, Zainal Muktamar berpendapat bahwa faktor-faktor seperti pasokan dan permintaan dapat mempengaruhi harga TBS kelapa sawit. Dia menyarankan agar petani sawit juga menggali peluang untuk meningkatkan nilai tambah dari produk mereka, sehingga mereka dapat mengatasi ketidakseimbangan harga yang ada.
"Kami berharap petani sawit di Bengkulu bisa melakukan integrasi jagung dengan tanaman kelapa sawit, sehingga dapat mengatasi ketidakseimbangan harga yang ada," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :