Berita / Komoditi /
BLT Minyak Goreng Dinilai Belum Tuntaskan Masalah
Palembang, elaeis.co - Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa pemerintah bakal berikan Bantuan Tunai Langsung (BLT) untuk membantu masyarakat ditengah harga minyak goreng yang melambung tinggi. Sasaran BLT tersebut adalah 2,5 juta pedagang kaki lima (PKL).
Kemudian juga 20,5 juta keluarga berhak mendapatkan BLT tersebut. Rencananya tiap bulan pemerintah akan gelontorkan uang sebesar Rp100 ribu untuk bantuan tersebut. Untuk tahap awal BLT ini akan diberlakukan sejak April hingga Juni 2022 mendatang.
Menurut Fungsional Analis PSP Madya Disbun Sumsel, Rudi Arpian pada mahalnya minyak goreng yang paling terdampak adalah masyarakat kelas bawah. Menurutnya kebijakan ini cukup meringankan beban para PKL dan masyarakat tadi. Namun Ia menilai ini belum menyelesaikan masalah minyak goreng.
"Ke depan pemerintah harus mencari penyebab pemicu kelangkaan minyak goreng. Sebab ada dugaan bahwa minyak goreng ditimbun dan diselundupkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," tegasnya saat berbincang bersama elaeis.co, Rabu (6/4/2022).
Buka hanya itu, pemerintah juga perlu melakukan perbaikan jalur distribusi sehingga dapat menekan harga minyak goreng kemasan lebih murah dan sehat.
Sebelumnya Ketum DPP Aspekpir Indonesia, Setiyono mengatakan kelangkaan dan harga minyak goreng yang tinggi dinilai dampak dari terlalu dalamnya pemerintah ikut campur di pasar minyak goreng itu sendiri. Hingga aturan yang dikeluarkan justru diduga memicu kelangkaan itu terjadi.
"Kalau berkaca dari Negara tetangga, pemerintah justru full menyerahkan harga minyak goreng dari pasar. Memang ada aturan namun hanya sebagai patokan saja," katanya.
"Kalau mau bantu subsidi ke masyarakat akan lebih baik langsung menggunakan sistem Bantuan Tunai Langsung (BLT) yang sudah ada. Jadi pasar yang akan mengatur harga minyak dan minim terjadi kelangkaan," imbuhnya.
Setiyono menganggap BLT justru akan lebih tepat sasaran ketimbang fenomena yang saat ini terjadi. Saat ini masyarakat justru tidak semua dapat menikmati subsidi minyak goreng namun justru ikut merasakan kelangkaan yang membuat harga lebih mahal.
Ironisnya lagi kelangkaan minyak goreng justru terjadi di wilayah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. "Negeri kaya minyak tapi langka minyak goreng. Semoga kondisi akan lebih baik ke depan. Ini memang harus segera diselesaikan," tandasnya.
Komentar Via Facebook :