https://www.elaeis.co

Berita / Lingkungan /

BMKG: Fenomena Awan Lurus Bukan Pertanda Gempa

BMKG: Fenomena Awan Lurus Bukan Pertanda Gempa

Ilustrasi awan. BMKG menjelaskan kalau fenomena awan lurus bukan pertanda bencana alam gempa bumi. (Pixabay/giografiche)


Jakarta, Elaeis.co - Beberapa waktu lalu netizen di Indonesia diramaikan dengan fenomena alam yang unik, berupa video pemandangan awan berbentuk garis lurus berwarna putih yang membelah langit Pacitan, Jawa Timur.

Sebagian orang langsung beranggapan bahwa awan lurus ini pertanda akan timbul gempa.

Akan tetapi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut awan lurus ini tidak berkaitan dengan peristiwa alam apapun termasuk gempa.

"Awan tersebut merupakan fenomena atmosferik biasa, bukan merupakan pertanda bencana alam seperti gempa bumi," kata Daryono, Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Bencana BMKG, dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.             

Daryono menyebut ada dua dugaan terkait jenis awan. Pertama, ini merupakan roll cloud atau awan gulung dan kedua, awan lurus terbentuk dari contrail pesawat jet atau jejak kondensasi pesawat jet yang melintas.

Awan gulung, fenomena awan gulung termasuk langka tetapi pernah beberapa kali terjadi. Awan terbentuk akibat pertemuan dua massa udara dengan kelembapan atau kandungan uap air yang berbeda.

Kondisi seperti ini dipengaruhi pertemuan angin regional dengan angin laut atau darat atau terbentuk pada garis front dua massa udara yang berbeda kandungan uap airnya.

Contrail pesawat jet, pesawat jet yang melintas akan meninggalkan jejak kondensasi (contrail) atau jejak uap air yang terkondensasi dari sisa pembakaran mesin pesawat.

Daryono mengatakan biasanya jejak kondensasi relatif kecil diameternya, warna kontras dengan warna langit dan bentuknya lebih mirip awan cirrus. Kemudian dalam hitungan menit contrail sudah hilang.

"Adanya beberapa dugaan ini disebabkan karena memang tayangan video awan di Pacitan tersebut memang kurang jelas, sehingga dugaan awan tersebut adalah roll cloud atau contrail jejak pesawat jet," ujarnya.

Selama ini masyarakat menganggap fenomena alam termasuk awan lurus sebagai pertanda gempa. Daryono mengamati anggapan-anggapan yang keliru seputar fenomena alam akibat informasi yang beredar di dunia maya.

Ia menyebut sempat ada laman atau situs berisi kumpulan gejala alam di dunia. Di situ disebutkan pertanda-pertanda alam lalu dihubungkan dengan gejala alam. Awan lurus juga disebutkan sebagai salah satu pertanda gempa. Namun kumpulan informasi ini tidak terverifikasi secara ilmiah sehingga tidak bisa dipercaya begitu saja.

"Ada yang mencocok-cocokkan, awan lurus, lalu fenomena lain dikumpulkan jadi data. Tapi sebenarnya kan harus ilmiah seperti apa prosesnya, misal pembentukan awan berkaitan dengan mekanisme dinamika kerak bumi," kata Daryono pada CNNIndonesia.com melalui telepon, Minggu (8/8).

"Ini mirip-mirip dengan apa adanya purnama berhubungan dengan gempa. Ada data statistik, gempa besar saat purnama, itu dikumpulkan peristiwanya jadi data, tapi belum diteliti."

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :