Berita / Serba-Serbi /
Bosan Jadi Komentator, Toke ini Jadi Pemain
Palembang, Elaeis.co - Ngobrol dengan petani sawit adalah keseharian Sukoyo (46). Maklum, dia punya dua ram, EWF Mekarjaya dan EWF Simpang Pauh di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan.
Tapi kadang-kadang dia jengah ketika para petani cerita soal budi daya sawit. "Saat mengawasi penimbangan TBS petani, saya sering mendengar mereka ngobrolin sawit. Soal bibit, cara pemupukan, dan lainnya," kata ayah dua anak ini kepada Elaeis.co, Senin (1/11/2021).
Sesekali dia ikut nimbrung. Tapi tak berani banyak cerita karena tak punya kebun sawit. "Sungkan juga ngobrolin kebun sawit padahal saya enggak punya. Tapi kalau ngomongin harga buah sawit, itu memang kerjaan saya," katanya.
Suatu hari lalu terbersit di benaknya mau membeli kebun sawit. Dengan begitu, dia tak lagi sekedar jadi komentator, tapi berbagi ilmu sebagai sesama petani sawit. “Pengen juga menerapkan ilmu budi daya yang didapat dari obrolan dengan para petani,” tukasnya.
Dia juga merasa perlu punya kebun sawit sendiri untuk mengantisipasi andai suatu waktu pasokan TBS dari petani ke ramnya berkurang. “Buah sawit dari kebun sendiri bisa diandalkan. Orang jual buah sawit, saya juga jual. Jualnya ke ram sendiri, ha...ha...ha... ,” ucapnya.
Setelah niatnya bulat, Sukoyo membeli kebun sawit secara bertahap dan kini luasnya sudah 40 hektar. Dia tanami kebunnya dengan bibit sawit unggul dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, yakni varietas DxP Yangambi dan DxP PPKS 239.
"Yang sudah panen baru 10 hektar, yang lain baru tanam. Saya puas dengan hasil panennya. Yang 10 hektar itu sudah bisa menghasilkan 10 ton TBS dengan kualitas oke," ujar Sukoyo.
Kini toke tersebut semakin percaya diri. Setelah punya kebun sawit sendiri, ia tak sungkan lagi nimbrung ngobrol budi daya sawit dengan para petani.
Komentar Via Facebook :