https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

BRIN Wujudkan Ekonomi Sirkular dengan Optimalisasi Area Replanting Sawit

BRIN Wujudkan Ekonomi Sirkular dengan Optimalisasi Area Replanting Sawit

Panen jagung di kebun sawit PSR di Kotawaringin Barat. foto: dok. BRIN


Jakarta, elaeis.co - Banyak perkebunan kelapa sawit rakyat di Indonesia telah memasuki usia peremajaan karena berumur lebih dari 25 tahun. Untuk membantu petani, pemerintah menjalankan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman sawit rakyat.

Selama menunggu tanaman kelapa sawitnya mulai berproduksi kembali yang memerlukan waktu sekitar 4 tahun, banyak petani menghadapi masalah ekonomi karena tidak punya alternatif pendapatan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) lantas menawarkan kegiatan ekonomi sirkular sebagai solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya dengan memunculkan kegiatan pertanian sebagai unit komersial dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia, terutama hasil samping industri pabrik kelapa sawit (PKS).

BRIN dalam hal ini melakukan kegiatan riset aplikasi yang menghasilkan model optimalisasi pemanfaatan area replanting sawit. Tim Periset Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH) BRIN yang diketuai oleh Ermin Widjaja menjelaskan bahwa riset ini baru berjalan satu tahun. "Idealnya, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, setidaknya riset berjalan selama dua tahun," jelasnya dalam keterangan resmi Humas BRIN dikutip Jumat (17/11).

Tersedianya lahan sela yang sangat luas di area replanting sawit bisa dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas lain baik berupa tanaman pangan maupun tanaman hortikultura selagi tanaman sawit belum panen perdana. "Sehingga dapat memunculkan kegiatan ekonomi baru selama tanaman sawit belum menghasilkan," tukasnya.

Melalui usaha pertanian penanaman komoditas jagung di lahan tanaman sawit yang belum berproduksi, petani sawit dapat memanfaatkannya untuk pakan ternak unggas yang menghasilkan telur, daging dan pupuk organik. Maka terdapat sumber penghasilan baru untuk petani sawit yang terintegrasi dengan usaha lainnya, sehingga menghasilkan sirkulasi ekonomi yang menambah pendapatan petani.

“Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rintisan kegiatan ekonomi sirkular kelompok tani sawit peserta PSR yang mampu meningkatkan pendapatan lebih dari 50%. Di sini kami tidak sendiri, tetapi berkolaborasi dengan pusat riset lainnya di BRIN, yaitu Pusat Riset Veteriner, Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Pusat Riset Tanaman Pangan, dan Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan,” papar Ermin.

Rintisan kegiatan ekonomi sirkular yang juga dijadikan sebagai percontohan dilakukan dengan melibatkan 20 anggota kelompok tani yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Dengan kegiatan meliputi budidaya jagung di area replanting sawit berumur 1 tahun seluas 20 ha; pembuatan pupuk organik yang diperkaya dengan mikroba, dengan bahan dasar limbah pabrik kelapa sawit seperti  abu boiler (20%), solid sawit (30%), serat perasan buah/fiber (30%), kotoran ayam (20%) dan dekomposer (0,1%); serta budidaya ayam petelur sebanyak 1000 ekor dengan menggunakan campuran pakan lokal.

Kegiatan ini dapat dilakukan pada masyarakat sawit yang sudah berkelompok dan tergabung pada kelembagaan yang memiliki modal seperti KUD. Hal ini dikarenakan modal yang diperlukan cukup besar untuk kegiatan replanting yang terintegrasi dengan komoditas jagung dan ternak unggas secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga memerlukan dukungan dari pemerintah.

Ermin berharap, kegiatan ini bisa menjadi model bagi lokasi lain yang memiliki potensi yang serupa dan komoditasnya (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan lain-lain) disesuaikan dengan peluang kegiatan bisnis di lokasi tersebut. "Dengan demikian, kegiatan ekonomi sirkular yang menjadi tujuannya bisa menjadi penggerak ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutupnya.


 

Komentar Via Facebook :