Berita / Komoditi /
Bukan Hanya Petani, Pengelola Kebun Sumringah Harga Sawit Tinggi
Pekanbaru, Elaeis.co - Bukan hanya petani atau pemilik kebun kelapa sawit saja yang kini merasakan manisnya hasil kebun kelapa sawit. Tapi pengelola kebun juga sumringah dengan melambungnya harga komoditi bernama latin Elaeis itu.
Seperti apa yang ceritakan Wawan Nugroho yang berdomisili di Desa Sonomartani, Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara Sumatera Utara. Ayah dua anak itu memang tidak memiliki kebun kelapa sawit, namun di desa tempat kelahirannya itu Wawan justru diberi mandat pengusaha kelapa sawit untuk mengelola 10 hektar kebun kelapa sawit.
Wawan bercerita sejak beberapa tahun lalu Ia dipercaya untuk mengelola 10 hektar kebun sawit di desanya itu. Kesempatan itu tidak disia-siakannya, saat ditawari oleh pemilik kebun Wawan langsung menerima dan berusaha mengelola kebun itu.
"Semua kita kerjakan. Mulai perawatan sampai panen," kata Wawan kepada Elaeis.co, Jumat (29/10).
Dalam perjanjian pengelolaan itu, maka hasil panen kebun 10 hektar itu di bagi dua setelah dipotong biaya upah panen dan perawatan.
"Alhamdulillah dengan perawatan yang maksimal, maka hasil kebunnya juga lumayan," tuturnya.
Saat musim trek seperti saat ini, 10 hektar kebun kelapa sawit itu kata Wawan mampu menghasilkan rata-rata 6,5 ton kelapa sawit. Namun jika musim buah, maka bisa mencapai 10 ton lebih.
"Sekarang musim kemarau disini. Buah juga jarang. Tapi kita masih terbantu dengan harga sawit yang naik," katanya.
Saat ini di wilayahnya harga kelapa sawit mencapai Rp2.470 dimana sebelumnya hanya Rp.2.250.
Tentu untuk mengelola kebun kelapa sawit itu Wawan tidak sendirian. Ia dibantu dengan 7 orang pekerja. Tentu dengan naiknya harga sawit gaji tukang panen itu juga meningkat. Setiap 1 ton, tukang panen akan mendapat upah Rp.300-Rp350 ribu.
"Alhamdulillah, dapat banyak dapat sedikit kita syukuri," ujar pria kelahiran 1988 itu.
Wawan memang enggan untuk merinci berapa pendapatannya sebagai pengelola kebun tersebut. Tapi jika diakumulasikan setiap bulan Wawan mendapat gaji hingga Rp.7 juta dari bagi hasil itu. Tentu manis buah kelapa sawit bukan saja dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari, namun juga dapat membantunya untuk mempersiapkan masa depan dua buah hatinya tadi.
Untuk diketahui, saat ini harga TBS di wilayah Sumut mencapai 3.321,67/kg. Harga tersebut justru lebih tinggi dari harga TBS di Riau yang mencapai Rp 3.254,57/kg untuk kelompok umur tanaman 10-20 tahun.
Dimana dari pemaparan Dinas Perkebunan Sumut ada kenaikan harga sebesar Rp.219 dan berlaku hingga 2 November 2021 mendatang.
Sedangkan untuk Indeks "K" ditetapkan 90,63% dan harga minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) dan palm kernel atau inti sawit untuk pasar lokal dan ekspor ditetapkan masing-masing Rp 14.157,99/kg dan Rp 9.983,95/kg.
Berikut daftar harga resmi TBS petani bermitra di Sumut periode 27 Oktober-2 November 2021 (dalam satuan per kilogram):
Usia 3 tahun rendemen 17,50 Rp 2.577,57
Usia 4 tahun rendemen 19,07 Rp 2.820,65
Usia 5 tahun rendemen 19,93 Rp 2.982,57
Usia 6 tahun rendemen 20,48 Rp 3.066,57
Usia 7 tahun rendemen 20,75 Rp 3.095,93
Usia 8 tahun rendemen 21,22 Rp 3.177,05
Usia 9 tahun rendemen 21,69 Rp 3.238,26
Usia 10-20 tahun rendemen 22,34 Rp 3.321,67
Usia 21 tahun rendemen 22,27 Rp 3.314,50
Usia 22 tahun rendemen 21,92 Rp 3.269,59
Usia 23 tahun rendemen 21,66 Rp 3.236,59
Usia 24 tahun rendemen 20,80 Rp 3.125,88
Usia 25 tahun rendemen 20,03 Rp 3.027,07.
Komentar Via Facebook :