Berita / Nusantara /
Bulan Depan Harga TBS Bisa Turun Kalau Pemerintah Jadi Lakukan ini
Jakarta, Elaeis.co - Para petani sawit swadaya yang tergabung dalam Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) cemas akan kemungkinan penurunan harga tandan buah segar (TBS) produksi petani dalam waktu dekat. Atau setidaknya harga TBS tak akan naik lagi untuk sementara waktu.
Itu setelah SAMADE mendapatkan bocoran kalau pemerintah akan menaikan kembali harga referensi produk minyak mentah sawit atau crude palm oil (CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) periode bulan November 2021.
"Sebenarnya memang sudah ada perhitungannya soal harga referensi itu. Cuma, kalau bisa, maunya ada batas maksimum perhitungannya. Kita petani ini kan enggak tahu apakah pernah dibicarakan seperti apa penetapan levy atau pungutan ekspor (PE) CPO yang besarnya US$ 175 per metrik ton," kata Ketua Umum DPP Asosiasi SAMADE, Tolen Ketaren, kepada Elaeis.co, Jumat (29/10/2021).
PE CPO ditagih pemerintah ke pihak pengusaha sawit setiap akan melakukan ekspor CPO. Masalahnya, menurut Tolen, pengusaha sawit tak mungkin mau menanggung sendirian beban PE CPO itu.
"Ke mana ditekan pengusaha? Ya ke TBS produksi petani yang dijual ke pabrik kelapa sawitlah," tandasnya.
Sebagai informasi, PE CPO dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan kelapa Sawit (BPDPKS) sesuai Peratuan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.05/2021. Besaran PE ini merujuk pada penetapan harga referensi yang ditetapkan Kementerian Perdagangan, yakni masuk dalam kelompok tarif di atas US$ 1.000/ton.
Penasehat DPW Asosiasi SAMADE Sumut, Anthony Sembiring, mengaku merasakan kecemasan yang sama. "Bakal turunlah harga TBS kita," ucap Anthony saat dihubungi Elaeis.co secara terpisah.
Bukan tanpa alasan keresahan yang dirasakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. Katanya, petani sawit sangat dirugikan dengan adanya kebijakan PE CPO, apalagi ada selentingan akan naik pula tarifnya.
"Dan dalam hitungan saya, jika benar-benar tarif PE CPO dinaikan lagi, maka akhirnya petani sawit tidak akan terlalu banyak mendapatkan keuntungan dari euforia kenaikan harga CPO yang saat ini mencapai rekor US$ 1.283," kata Anthony.
Situasi akan semakin rumit bagi para petani sawit swadaya saat ini. Perkebunan sawit secara nasional sedang dalam musim trek yang diprediksi akan berlangsung sampai beberapa bulan ke depan. Di saat yang sama, pemerintah juga tidak mampu mengontrol kelangkaan dan mahalnya pupuk yang harganya naik hampir dua kali lipat dalam waktu beberapa bulan saja.
Komentar Via Facebook :