https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Bungaran Saragih Prediksi, 2045 Minyak Sawit Lebih Moncer

Bungaran Saragih Prediksi, 2045 Minyak Sawit Lebih Moncer

Bungaran Saragih. (Tangkapan layar/Elaeis)


Jakarta, Elaeis.co - Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) menyampaikan prospek minyak sawit akan semakin cemerlang menuju 2045. Hal ini dilihat dari banyaknya penggunaan minyak sawit untuk produk pangan maupun biofuel yang rendah emisi.

Apalagi tingkat Gross Domestic Product (GDP) terus meningkat dan populasi dunia diperkirakan tembus mencapai 9,5 miliar juta jiwa pada 2045.

"Nah, berimplikasi pada peningkatan konsumsi minyak nabati dunia termasuk minyak sawit, maka diperkirakan angka itu berlipat hampir dua kali yakni menjadi 324 juta ton. Dan minyak sawit diperkirakan masih mendominasi sekitar 141 juta ton atau sekitar 44%," kata Ketua Dewan Pembina PASPI, Bungaran Saragih dalam wabinar 'Upaya Mempercepat Peningkatan Produksi dan Produktivitas Sawit Nasional yang Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas' pada Rabu (22/12) kemarin.

Menurut Menteri Pertanian periode 2000-2004 ini, sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia harus memanfaatkan permintaan pasar yang akan terus meningkat di 2045.

"Jadi, penting bagi Indonesia menjaga eksistensi keberlanjutan produksi minyak sawit. Salah satu upaya yang harus dilakukan dengan peningkatan produksi baik secara ekstensifikasi dan intensifikasi," kata dia.

Ekstensifikasi ini kata Bungaran, melalui ekspansi lahan. Menurutnya peluasan lahan untuk dijadikan perkebunan sawit tidak dapat dilakukan lagi, mengingat keterbatasan lahan dan masih berlakunya Inpres Moratorium Nomor 8 Tahun 2018.

Selain itu, tuntutan konsumen global terkait aspek lingkungan juga merupakan salah satu aspek yang diperhatikan dalam rangka peningkatan produksi minyak kelapa sawit.

"Jadi, arah pengembangan industri kelapa sawit nasional menuju 2045, khususnya pada sektor hulu dalam rangka peningkatan produksi minyak, dilakukan melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi)," ujar Bungaran.

Jika menilik realitas di lapangan, kata Bungaran, data Statistik Kelapa Sawit dari Kementerian Pertanian tahun 2020 lalu menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata perkebunan sawit nasional tahun 2018 mencapai 3,6 ton minyak per hektare.

Jika dibandingkan dengan rataan produktivitas varietas yang telah dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebesar 7,8 ton minyak per hektare selama periode 1990-2010, menunjukkan capaian produktivitas kebun sawit nasional tersebut masih relatif jauh dari potensinya.

"Jadi, strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit dapat dilakukan yakni peningkatan produktivitas parsial (partially productivity) melalui peningkatan pemupukan, perbaikan kultur teknis kebun (best practices) sesuai Good Agricultural Practices (GAP) dan perbaikan teknologi proses pada pengolahan kelapa sawit" jelasnya.

"Selain itu, yang perlu dilakukan peningkatan produktivitas total dengan perubahan varietas dan kultur teknis manajerial atau replanting. Perlu dilakukan penggantian tanaman kelapa sawit yang sudah berumur dengan menggunakan benih sawit varietas unggul," pungkasnya.

Komentar Via Facebook :