https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Bursa CPO akan Meningkatkan Harga Kelapa Sawit

Bursa CPO akan Meningkatkan Harga Kelapa Sawit

Petani menimbang TBS sawit. Foto: Syahrul/Elaeis


Palembang, elaeis.co - Juni ini rencananya pemerintahan lewat Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan meluncurkan Bursa CPO. Dimana ini akan menjadi patokan harga CPO untuk penetapan harga TBS kelapa sawit dalam negeri.

Program ini tentu memberikan angin segar bagi petani kelapa sawit yang saat ini tengah menjerit lantaran harga hasil kebunnya terus merosot. Seperti disampaikan Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Rudi Arpian. Ia mengatakan saat ini harga kelapa sawit tengah anjlok di Indonesia. Lantaran permintaan CPO yang cenderung turun akibat banjirnya minyak kedelai dan bunga matahari.

"Bursa CPO itu menjadi setitik harapan untuk memacu harga sawit. Selama ini Indonesia sebagai produsen terbesar CPO di dunia, tetapi Industri sawit dalam negeri malah mengacu pada kedua bursa utama MDEX di Malaysia dan Rotterdam di Belanda," paparnya, Sabtu (10/6).

Menurutnya, dengan adanya harga acuan sendiri diharapkan dapat mempermudah pengusaha, meningkatkan efisiensi dan transparansi. Sehingga bisa memainkan peranan yang lebih penting dalam dunia perkelapasawitan global.

"Di dalam negeri harga CPO yang lebih baik akan memberikan keuntungan tersendiri bagi produsen CPO dan produk sawit. Dimana dampaknya akan meningkatkan harga TBS di tingkat petani," jelasnya.

Sementara Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni), Sahat Sinaga mengatakan adanya Bursa Sawit atau Bursa CPO tersebut diharapkan membuat harga CPO ekspor ke pasar global ditentukan sesuai gejolak pasar (supply vs demand sawit). Sehingga harga tadi tidak merugikan pasar TBS yang berasal dari petani dan perusahaan kelapa sawit.

"Kami juga berpendapat agar bursa CPO dapat secara aktif dan bisa turut melakukan trading physik dari CPO. Jadi tidak hanya sekedar tempat transaksi "paper"," ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Plt Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) itu, dengan posisi tadi posisi Bursa CPO Indonesia akan lebih kuat. Dampaknya tentu ekonomi petani semakin baik lantaran harga TBS kebunnya semakin bagus.

Sahat menambahkan Bursa CPO juga perlu didukung institusi yang independent. Artinya tidak terlibat dalam dunia atau aktivitas usaha di sektor kelapa sawit.

"Sedapat mungkin institusi penetap harga CPO ini juga punya sawit secara physic dan tidak hanya sebagai "macan-kertas" saja," katanya.

Sebetulnya, kata Sahat, dalam sektor perkebunan kelapa sawit dewasa ini, Kemendag telah menjalankan peran "price-setter" secara bulanan. Ia adalah Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO.

"Atas basis HPE ini lah sebagai pedoman bagi para exportir untuk membayar besaran Bea Keluar ( BK) yang disetorkan ke kas negara dan Pajak Ekspor (PE) yang disetorkan  ke kas BPDPKS," tutupnya.

Komentar Via Facebook :