Berita / Kalimantan /
Capai 800 Ribu Hektare, Pembangunan Kebun Sawit di Kutim On The Track
Sangatta, elaeis.co - Bupati Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur, H Ardiansyah Sulaiman menegaskan bahwa benang merah program pembangunan di daerah ini tak berubah. Pemkab Kutim tetap menitikberatkan pembangunan pada pemanfaatan sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Yaitu pertanian dan perkebunan.
“Kutim tumbuh dan berkembang begitu pesat pada saat ini, prosesnya kita pikirkan dari awal. Maka kita membuat grand design pembangunan. Kita tidak ingin menyisakan warga hanya sekadar menjadi penonton bagi orang-orang yang ingin mengembangkan usaha di Kutai Timur,” jelas Ardiansyah melalui keterangan resmi Diskominfo Kutim.
Dia bersyukur, hingga hari ini izin lokasi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah untuk perkebunan kelapa sawit hampir mendekati 800 ribu hektare. 30 persen diantaranya adalah perkebunan mandiri milik masyarakat. Karena eksistensinya, sawit mampu menghidupi keluarga petani.
Mengenai isu bahwa perkebunan kelapa sawit merusak lingkungan, Ardiansyah menegaskan bahwa hal tersebut merupakan provokasi dunia barat.
“Saya berani menyebut demikian karena terus terang mereka tersaingi dengan produk kelapa sawit yang kita miliki. Sebab minyak goreng yang dihasilkan dari kelapa sawit, itu yang terbaik dibanding dengan minyak goreng yang dihasilkan dari bunga matahari yang banyak tumbuh di Eropa Utara, Eropa Timur dan Eropa Barat,” katanya.
Menurutnya, alasan utama persaingan dagang tak sehat itu adalah perbandingan produksi yang jomplang. "Sebab hasil 1 hektare kebun kelapa sawit kurang lebih sama dengan 10 hektare bunga matahari," sebutnya.
Perkebunan kelapa sawit menurut Ardiansyah juga sangat potensial mengurangi emisi gas rumah kaca atau emisi karbon sekaligus menambah produksi oksigen bagi dunia.
“Saat ini Kalimantan Timur satu-satunya provinsi di Indonesia dan Indonesia satu-satunya negara di Asia Pasifik yang pada tahun 2022 berhasil melakukan penurunan emisi karbon dan mendapat insentif dari Bank Dunia,” ungkapnya.
Kalimantan Timur sudah dihitung mampu menurunkan emisi gas buang itu sebanyak 30 juta ton. Sehingga dihargai oleh Bank Dunia sebesar Rp 1,6 triliun. Dari 30 juta ton, baru 22 juta ton yang dibayar oleh Bank Dunia dengan cara dicicil Rp 300 miliar. Dia menyebut Gubernur Kaltim akan melelang sisanya di Singapura dengan harga 25 dolar per ton. Sehingga bisa menghasilkan Rp 8 triliun.
Pencapaian itu menurutnya tak lepas dari hasil campur tangan masyarakat dalam menghijaukan bumi Kutim, diantaranya melalui pengembangan perkebunan kelapa sawit tanpa membakar lahan.
"Pemkab Kutim juga memperhatikan program peremajaan perkebunan kelapa sawit dan beberapa program lainnya," katanya.
"Kutai Timur sudah eksis dengan beberapa ekspor hasil pertanian seperti pisang, nanas dan lainnya. Ini nanti bisa digabungkan dengan koperasi yang sekarang menangani ekspor lidi kelapa sawit. Kalau bisa, kita harus cari tahu lidi mau dijadikan apa oleh importir. Dengan begitu kita tidak lagi mengekspor lidinya, tapi sudah menjadi barang jadi,” tambahnya.
Komentar Via Facebook :