Berita / Internasional /
Cara Inggris Lindungi Bisnis Konser Saat Corona
Jakarta, Elaeis.co - Pemerintah Inggris meluncurkan skema asuransi untuk membantu sektor hiburan pertunjukan langsung seperti festival musik, yang terus terpukul akibat pandemi Covid-19.
Skema senilai 750 juta Euro atau setara Rp 14,9 triliun (asumsi 19.900/euro) tersebut diumumkan oleh Kementerian Keuangan Inggris pada Kamis (5/8/2021) malam.
Menteri Keuangan Rishi Sunak mengakui sementara "penyelenggara bersiap-siap" setelah pencabutan sebagian besar pembatasan, dan mengatakan "kurangnya jenis asuransi yang tepat membuktikan masalah".
"Ketika ekonomi dibuka kembali, saya ingin melakukan semua yang saya bisa untuk membantu penyedia acara dan usaha kecil merencanakan dengan percaya diri hingga tahun depan," katanya, dikutip dari AFP.
Skema Reasuransi Acara Langsung, yang dibuat dalam kemitraan dengan perusahaan asuransi Lloyd berbasis di Inggris, akan berjalan dari September 2021 hingga akhir September 2022. Langkah ini diambil untuk menghindari pembatalan acara langsung pada musim panas.
Sebelumnya, kepala eksekutif organisasi industri UK Music Jamie Njoku-Goodwin telah memperingatkan pemerintah tentang "dampak bencana dari kegagalan pasar dalam asuransi untuk acara langsung".
"Skema baru pemerintah ini merupakan berita yang sangat disambut baik, tidak hanya bagi jutaan penggemar musik yang telah menantikan kembalinya acara langsung, tetapi juga bagi puluhan ribu musisi, anggota kru," tambahnya.
Meski Inggris menghapus hampir semua pembatasan virus corona pada Juli lalu, tetapi sebagian besar festival besar terpaksa membatalkan atau mengurangi kapasitas pengunjung.
Festival Glastonbury, yang diadakan di sebuah peternakan sapi perah di Somerset, Inggris barat daya, mengumumkan akan dibatalkan untuk tahun kedua berturut-turut, karena lockdown pada Januari lalu. Sebagai gantinya, festival ini menyiarkan konser untuk para penggemar pada bulan Mei.
Sementara festival lainnya terpaksa harus mengembalikan tiket (refund) selama munculnya virus corona varian delta baru yang lebih mudah menular. Hal ini menjadi tekanan berat bagi para pebisnis di bidang ini. CNBC Indonesia
Komentar Via Facebook :