https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Ceceran CPO di Sungai Mentaya Ganggu Aktivitas Warga

Ceceran CPO di Sungai Mentaya Ganggu Aktivitas Warga

Kawasan Pelabuhan Bagendang, Kotawaringin Timur (Radar Sampit)


Jakarta, Elaeis.co - Lebih sepekan setelah diketahui bocor dari lambung sebuah kapal tongkang yang mengisi muatan di kawasan Pelabuhan Bagendang, ceceran minyak sawit mentah (CPO) masih ditemukan di Sungai Mentaya. Sejumlah warga Kecamatan Mentaya Hilir Utara yang bergantung pada aliran air tersebut mengaku sangat terganggu.

Ketua RT 3 Desa Bagendang Hulu, Johan, membenarkan masih ditemukannya cairan yang diduga CPO di sungai tersebut. Dia berharap minyak sawit itu segera hilang sehingga tidak lagi mengganggu aktivitas masyarakat.

“Sore kemarin masih ada CPO itu di sungai. Di RT 1 yang ada ditemukan, kalau di perairan RT kami alhamdulillah tidak ada. Mudah-mudahan segera bersih,” katanya dikutip Prokal.co.

Warga yang resah dengan pencemaran lantas mengadukan ke DPRD Kotim. “Saya menerima keluhan dari warga Desa Bagendang Hulu. Masyarakat yang beraktivitas di sungai merasa terganggu,” kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur (kotim), Rudianur.

Dia menduga CPO tersebut sisa kebocoran CPO dari tongkang di perairan depan Pelabuhan Bagendang pada Sabtu (7/8) lalu. Politikus Partai Golkar ini menduga pembersihan CPO oleh perusahaan yang bertanggung jawab atas kejadian itu belum membuat minyak hilang sepenuhnya. CPO masih banyak ditemukan mengambang di sungai dan pinggirnya.

”Makanya, dari awal saya mengingatkan agar CPO yang bocor ke sungai ditangani dengan baik. Jangan sampai mengganggu masyarakat. Apalagi Sungai Mentaya adalah sumber air utama bagi masyarakat,” katanya.

Rudianur mendesak pihak perusahaan bersama instansi terkait menangani kasus ini secara serius. CPO yang mencemari sungai harus kembali dibersihkan sampai benar-benar hilang. “Masalah ini harus diproses sesuai aturan. Harus dilakukan tindakan tegas atas kebocoran CPO, meski itu merupakan ketidaksengajaan atau kelalaian,” tegasnya.

“Pihak perusahaan juga harus bertanggung jawab secara sosial dengan memberi kompensasi kepada masyarakat, karena kejadian itu telah mengganggu aktivitas warga,” tambahnya.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim, Sanggul Lumban Gaol, meminta semua pihak bersabar menunggu hasil uji laboratorium keluar. Menurutnya, sampel air disekitar Sungai Mentaya sebanyak 2 liter sudah diambil pada Minggu (8/8) lalu dan telah dikirim ke Unilab Perdana di Jakarta.

“Pemerintah bekerja berdasarkan observasi, data, dan sesuai standar operasional prosedur. Kami sudah menelusuri lokasi di sekitar tumpahan minyak dan mengambil sampel. Sampel sudah dikirim sehari setelahnya. Jadi, kita bersabar saja menunggu sampai hasil lab selesai,” ucapnya.

Uji laboratorium diperkirakan selesai selama sebulan. ”Apapun hasilnya nanti, berbahaya atau tidaknya, hasil lab yang menentukan. Kalau hasilnya mengarah pada pencemaran lingkungan yang membahayakan, akan ditindaklanjuti secara hukum yang berlaku,” pungkasnya.

Komentar Via Facebook :