Berita / Nusantara /
Cerita Kecolongan Pelaku Komoditi Raksasa
Pekanbaru, elaeis.co - Omongan lelaki 75 tahun itu soal sawit simpel saja, tapi menohok. Bahwa komoditi raksasa ini belum dikelola dengan baik. Belum bisa muncul sebagai bargaining position yang kuat.
"Sawit ini kebanggaan Indonesia, simbol bangsa. Sebab kita telah menjadi global player dan most powerful producer maupun eksportir. Kita telah berhasil membikin sawit yang dari tidak terkenal menjadi pemain utama," kata Menterian Pertanian di era kabinet gotong royong ini.
Tapi apes, "Cara kita mengelola belum bisa membikin kita menjadi pemimpin dunia," ujar Prof. Bungaran Saragih.
Lelaki ini didapuk Sahat Sinaga, host temu virtual yang ditaja oleh Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) tadi siang.
Tak kurang dari 200 orang yang nimbrung di peringatan Hari Sawit Nasional ke-109 bertajuk 'Sawit Indonesia untuk Kejayaan Bangsa' itu.
Perwakilan organisasi sawit, pengamat, pakar, sesepuh, hingga jurnalis berbaur di sana.
Baca juga: Warna-warni 109 Tahun Sawit Indonesia
Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini bilang begitu setelah mendengar segunung persoalan yang tumbah di sana. Mulai dari banyaknya pembenci sawit, kepastian berusaha yang abu-abu, hingga nasib petani kelapa sawit yang berada dalam klaim kawasan hutan.
Segunung persoalan tadi memang diawali dengan paparan kemajuan yang sudah dicapai dari sektor sawit ini. Mulai dari devisanya, turunan-turunan sawit yang dihasilkan, hingga teknologi pengolahan yang kian canggih.
Terkait persoalan tadi, bahwa sawit adalah komoditi raksasa, iya. Tapi aroma tidak kompak para pelaku kelapa sawit ini telah membikin mereka sering kebobolan.
Mulai dari sering munculnya sentimen negatif soal sawit, hingga mudahnya oknum-oknum pembenci sawit, menyusup pada penyusunan regulasi terkait tanaman asli mauritius Afrika ini.
Tengok sajalah di Perpres 88 2017 soal penyelesaian persoalan tanah di kawasan hutan, Perpres Indonesian Sustainable Oil (ISPO), hingga regulasi yang baru, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terkait Undang-Undang Cipta Kerja (UUCIKA), orang sawit kecolongan.
Buktinya saat tim pakar hukum DPP Apkasindo menelaah RPP tadi, banyak pasal yang justru menyeret petani kembali ke regulasi yang sudah-sudah.
Inilah yang diwanti-wanti oleh DR. Sadino, pakar hukum perhutanan, sewaktu UUCIKA baru disahkan bulan lalu. "Jangan langsung terlena dengan angin sorga," begitu lelaki ini berpesan.
Untunglah, setelah hampir dua jam acara berlangsung, aroma kesepahaman untuk kompak demi sawit, kelihatan.
Ajakan kompak ini terlontar dari Bungaran, Ketua Umum DMSI Derom Bangun, Sahat, hingga sesepuh lain, meminta hal yang sama.
Di pertemuan itu juga kemudian, Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono bersepakat untuk sama-sama mengawal RPP tadi, termasuk juga menjalin simpul-simpul yang selama ini kendor, demi kejayaan sawit di masa datang.
Komentar Via Facebook :