Berita / Nusantara /
'Covid-44' Hantui Petani Sawit
Jakarta, elaeis.co - Sampai sekarang, petani kelapa sawit masih dirundung galau lantaran kebijakan pemerintah terhadap legalitas lahan mereka masih belum kelihatan berpihak.
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai turunan dari Undang-Undang nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang tadinya diharapkan menjadi solusi dari persoalan klaim kawasan hutan atas kebun sawit mereka, belakangan justru dianggap kian menyulitkan.
"Di UUCK dibilang, lahan yang sudah diusahai petani minimal 5 tahun, akan di-enclave, tapi di RPP malah musti minimal 20 tahun," rutuk Ketua DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Medali Emas Manurung usai menjadi pembicara pada webinar bertajuk "Strategi Penguatan Kebijakan Pengelolaan Sawit Secara Berkelanjutan" tadi siang.
Oleh kondisi yang terasa kian menyulitkan itu kata Gulat, sekarang petani mengaku malah lebih takut menghadapi situasi itu ketimbang covid-19.
Sebab kalau persoalan kebun dalam klaim kawasan hutan tadi enggak kelar, maka petani yang sampai saat ini 2,73 juta hektar kebun sawitnya berada dalam klaim kawasan hutan, tidak akan bisa mengurus sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Aturan main seperti yang tertera pada Peraturan Presiden (Perpres) nomor 44 tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.
"Sertifikat ISPO ini bagi petani sudah kayak surat keramat. Sebab kalau sampai 2025 petani tidak punya sertifikat ISPO, berarti sawitnya enggak akan laku lagi. Kalau sawit sudah tidak laku, maka kiamatlah petani," katanya.
Soal bantuan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) kata Gulat, tak usah ditanyakan kepada petani. Sebab enggak akan pernah petani dalam klaim kawasan hutan menikmati itu. "Soalnya syarat untuk ikut PSR itu, kebun tak boleh berada di klaim kawasan hutan," ujarnya.
Sangking galaunya petani kata Gulat, ISPO tadi sudah diplesetkan menjadi Covid-44 lantaran Perpresnya bernomor 44.
"Kami lebih takut dengan Covid-44 ini ketimbang Covid-19, sebab sampai sekarang Covid-44 belum ada vaksinnya, Covid-19 sudah," kata lelaki 48 tahun ini.
Soal Covid-19 tadi, petani memang tidak takut. Ini kelihatan dari hasil survey Apkasindo kepada Petani Sawit Anggota Apkasindo (PSAA).
Selama pandemi kata Gulat, di perdesaan PSAA, tidak ada petani yang kena Covid-19. Selama pandemi, pekerja tak ada yang dirumahkan, produksi stabil dan harga bahkan terus naik.
Komentar Via Facebook :