Berita / Internasional /
CPOPC Tuding UE Tak Objektif Soal Luas Lahan Minyak Nabati
Medan, Elaeis.co - Dewan negara-negara produsen minyak sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menuding Uni Eropa (UE) sedang memutarbalikan fakta soal luasan lahan perkebunan kelapa sawit.
Dalam keterangan resmi yang diterima Elaeis.co, Jumat (25/6) sore, CPOPC menyebut kebijakan UE tentang sertifikasi Konversi Penggunaan Lahan Tak Langsung atau Indirect Land Use Conversion (ILUC) untuk resiko bahan bakar hayati dan pemutakhiran daftar bahan baku berisiko tinggi berkomponen ILUC sebagai kebijakan yang bermasalah.
“Penggunaan ILUC sebagai alat kebijakan sejak awal dinilai memiliki masalah dari sisi metodologi dan tidak tepat. Oleh karena itu, kebutuhan akan pendekatan baru yang memperlakukan semua minyak nabati berkelanjutan secara setara, berdasarkan praktik produksi yang terverifikasi dan bukan berdasarkan jenis komoditasnya, menjadi lebih mendesak,” demikian petikan pernyataan CPOPC.
CPOPC yang beranggotakan Indonesia dan Malaysia disusul Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua Nugini, sebagai anggota penuh, juga keberatan jika sawit dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan hanya berdasarkan sebuah studi perbandingan yang menggunakan jangka waktu tahun 2008-2016. Apalagi studi itu dipakai untuk dasar kebijakan ILUC. CPOPC menilai tenggat waktu 2008-2016 mendiskriminasi negara-negara yang terlambat dalam proses pembangunan karena selama periode tersebut terbentur dengan aturan Perubahan Penggunaan Lahan.
“CPOPC berpendapat bahwa jadwal waktu yang tepat untuk pembangunan berkelanjutan negara-negara produsen minyak sawit, termasuk Indonesia dan Malaysia, seharusnya dimulai dari masa pasca-kolonial.”
CPOPC lalu merujuk sebuah studi baru mengenai perubahan penggunaan lahan alami dengan melacak perubahan penggunaan lahan dari tahun 1960-2019. Studi itu mengidentifikasi luas perubahan lahan mencapai 43 juta kilometer persegi dari belahan bumi utara ke selatan. “Secara global, jumlah lahan sawit hanya seluas 250.000 kilometer persegi,” demikian klaim CPOPC.
Harus dicatat bahwa analisis serupa menunjukan jejak lahan yang jauh lebih besar pada minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit dimulai pada titik dasar 15,369 kha sementara rapa dan kedelai masing masing dimulai pada 30,093 kha dan 93,380 kha. Analisis Uni Eropa memberikan rapa peningkatan bersih tahunan sebesar 1 persen.
Hal ini jelas merupakan bentuk pengalihan fakta. Jika saja negara-negara penghasil minyak sawit berkembang pada kecepatan yang sama dengan negara-negara penghasil minyak rapa, minyak sawit akan menunjukkan peningkatan 2 persen dan bukan 4 persen. Pengalihan fakta yang paling nyata adalah pemberian nilai 3 persen pada kedelai berdasarkan titik awal. “Padahal peningkatan tahunan luas panen kedelai justru empat kali lebih besar dari sawit,” ungkap CPOPC.
Komentar Via Facebook :