Berita / Sumatera /
Di Balik Cerita Tanaman Sawit Jokowi
Pekanbaru, elaeis.co - Setiap menengok pohon kelapa sawit yang tumbuh subur di Desa Suka Maju kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir, Riau itu, ingatan lelaki 36 tahun ini pasti langsung kembali ke masa dua tahun silam.
Saat dia pertama kali mengurusi duit para petani kelapa sawit Koperasi Subur Makmur yang dititip oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ke bank tempat dia bekerja, Bank Riau Kepri (BRK) Bagan Batu.
Waktu itu, Kepala kredit bank cabang pembantu ini belum familiar dengan apa itu Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) meski semasa bertugas di Siak, Khairul Fakhrizal, sudah berurusan dengan sawit.
"Saya mulai bertugas di Bagan Batu pada 2017, setahun kemudian, saya langsung ditugasi oleh Kepala Capem sebelumnya, Pak Nurcahya Agung, untuk mengurusi PSR petani. Tak hanya Subur Makmur, tapi juga Panca Jaya, Marga Bakti dan Tunas Baru," cerita Khairul kemarin.
Tak butuh waktu lama bagi Khairul untuk memahami soal PSR tadi. "Alhamdulillah saya langsung senang saja," katanya.
Ditemani dua anak buahnya, lelaki ini pun bolak-balik ke lahan petani untuk mengecek perkembangan pekerjaan, termasuk penanaman bibit yang bersumber dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit itu.
"Setiap termin pencairan kan musti kami cek dulu. Alhamdulillah, kontraktor yang mengerjakan PSR itu sudah sangat berpengalaman. Jadi kami enggak repot lagi. Apalagi teman-teman dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) juga selalu mendampingi petani, kloplah," ujarnya.
Lebih jauh Khairul cerita, munculnya BRK di PSR Bagan Batu itu tak lepas dari kepercayaan petani kepada bank milik Provinsi Riau dan Kepulauan Riau itu. "Sebahagian petani kebetulan nasabah kami, akhirnya jadilah BRK bersama mereka," ujarnya.
Kebersamaan itu kata Khairul tidak sebatas urusan duit bantuan BPDPKS ke petani, tapi sampai tanaman petani benar-benar menghasilkan.
"Kami punya program kredit replanting. Yang punya program semacam ini baru BRK dan Bagan Batu yang pertama kali menjalankan," terangnya.
Di program kredit replanting ini kata Khairul, bunganya tergolong rendah dan pola pembayaran oleh petanipun dibikin terbalik dari kebiasaan pembayaran kredit.
"Untuk 48 bulan pertama (grace periode, petani hanya bayar bunga. Kebelakangnya barulah pembayaran membesar seiring tanaman petani sudah menghasilkan," katanya.
Pola ini kata Kepala Capem BRK Bagan Batu, Khoirudin, sebagai bentuk dukungan BRK terhadap program PSR yang dicanangkan langsung oleh Presiden Jokowi.
"Tahun depan kami malah sudah bisa menyalurkan kredit syariah. Sebab di tahun itu BRK Syariah sudah resmi ada,"terangnya.
Ini berarti, 23 kelompok tani yang saat ini sedang menunggu proses rekomendasi untuk PSR, sudah bisa memanfaatkan kredit syariah replanting itu.
Dan jika yang 23 kelompok tani tadi jalan, berarti lebih dari 1000 hektar lahan petani yang sudah diurusi BRK.
"Kami bukan bermaksud membanggakan BRK, tapi BRK siap menjadi mitra petani PSR," Khoirudin memastikan.
Bagi Khairul sendiri, kisah PSR di Bagan Batu menjadi perjalanan manis buat dirinya. Sebab di Subur Makmur tadi, Jokowi sendiri yang langsung menanam.
"Saya senang, haru iya juga. Soalnya tanaman sawitnya sangat bagus. Sekarang, petani itu sudah naik kelas. Sebab setelah replaitng, harga kaplingan mereka tinggi," katanya.
Komentar Via Facebook :