Berita / Nusantara /
Dikepung Bau tak Sedap, Warga Juluki Tempat ini Kampung Busuk
Jakarta, Elaeis.co - Sejak pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT Utama Agrindo Mas (UAM) beroperasi di Desa Wowalahumbuti, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, warga saban hari terpaksa menghirup bau udara tak sedap. Aroma busuk mengepung kampung yang bisa dijangkau melalui jalan poros Kendari-Konawe itu.
Pemukiman warga hanya berjarak 100 sampai 200 meter dari PKS itu, dihuni sekitar 90 kepala keluarga (KK) yang dulunya bekerja sebagai petani. Tapi sejak ada PKS, mereka direkrut menjadi pekerja. Itu sebabnya mereka tak berkutik terhadap bau tersebut.
Masnia (45), ibu rumah tangga warga asli di kampung itu, mengaku sudah akrab dengan berbagai macam bau dari arah pabrik. Menurutnya, ada 5 jenis bau, dari yang biasa saja seperti bau jagung rebus sampai yang paling busuk.
“Kalau pertamanya dulu, di awal-awal pabrik mulai beroperasi, sakit kepala sampai mual-mual. Tapi itu sampai 3 hari pertama saja, setelah itu tidak lagi. Kalau sekarang, paling tutup hidung saja, paling lama 15 menit hilang baunya,” katanya, seperti dikutip Zonasultra.com, kemarin.
Dia mengaku tidak setiap hari mencium aroma tak sedap. Dua sampai tiga hari saja, dan tergantung arah angin. “Yang bikin kesal, bila bau busuk itu datang tengah malam, mengganggu tidur,” katanya.
Selain soal bau, mereka juga dihadapkan dengan banyaknya lalat sejak pabrik itu beroperasi. Meningkatnya jumlah lalat diduga karena limbah padat dan limbah cair yang ada di kawasan pabrik.
Suami Masnia, Imran (47), yang merupakan Kepala Dusun 2 Desa Wowalahumbuti, menambahkan, kampung mereka dijuluki kampung busuk oleh warga dari kampung lain. Itu sebabnya, tidak banyak tamu yang betah berlama-lama di dusun tersebut.
Imran mengakui bahwa situasi yang dihadapi warganya ibarat buah simalakama. Pindah dari tempat itu tidak mungkin karena sudah hidup turun termurun. Dan mereka belum tentu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak di tempat lain. “Tak ada pilihan selain menerima keadaan,” katanya.
Sejauh ini, selain lapangan kerja, manfaat yang didapat warga dari PT UAM adalah mendapat bantuan beberapa sumur gali. Namun Imran berharap bisa lebih dari itu. “Kami berharap ada semacam kompensasi bagi warga kampung yang mungkin dapat digunakan ketika sakit,” katanya.
Terkait keluhan bau busuk, Kepala Tata Usaha PT UAM, Ardiansyah memastikan perusahaan telah mengolah limbah cair dengan benar. Limbah cair ditampung di kolam terbuka yang jauh dari perkampungan warga. Saat ini ada dua kolam yang tersedia, tapi yang terisi baru satu kolam.
Untuk mengurangi kadar polutan perusahaan menggunakan bakteri yang dimasukan ke kolam limbah. “Bakteri khusus untuk pengolahan limbah cair dibudidayakan oleh bagian laboratorium pabrik. Tapi saya tidak bisa jelaskan secara detil, tim kimia pabrik yang lebih tahu,” katanya.
Pabrik yang beroperasi sejak November 2019 itu berdiri di lahan seluas 60 hektar, sekitar 30 hektar diantaranya digunakan untuk tempat limbah. Limbah cair dari pabrik itu akan diproses sedemikian rupa hingga menjadi pupuk cair yang kemudian dialirkan ke kebun sawit milik PT UAM melalui pipa. Ardiansyah memastikan pihaknya berupaya memanfaatkan semua limbah.
“Yang jelas, kalau dibilang pencemaran segala macam, itu gak ada. Tapi kalau bau, itu pasti ada. Bau ini dari hasil pengolahan. Namanya angin, pas ke arah sana, tak bisa dihalangi,” tambahnya.
Komentar Via Facebook :