https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Dikibuli, tapi Wali Nanggroe Simeulue Tetap Perjuangkan PSR

Dikibuli, tapi Wali Nanggroe Simeulue Tetap Perjuangkan PSR

Kebun milik salah seorang petani sawit di Simeulue yang tak terawat dan hendak diikutkan dalam program PSR. Foto: Dok. Soflyan B


Banda Aceh, Elaeis.co - Selama dua tahun terakhir, Soflyan B (62), Wali Nanggroe Kabupaten Simeulue, Aceh, seolah tak lelah melakukan pengumpulan data perkebunan sawit milik masyarakat. Itu dilakukan setelah dia dan petani sawit setempat dijanjikan oleh pihak tertentu akan bisa mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang telah sukses dilakukan di banyak provinsi di Indonesia.

Setelah data terkumpul, ternyata tak ada kejelasan dari pihak yang menjanjikan program PSR tersebut. Tapi Soflyan tidak menyerah. Nama baiknya sebagai Wali Nanggroe dan kepercayaan dari masyarakat membuat ia mencari cara agar program PSR di Simeulue bisa dilaksanakan.

"Sebab, ada sekitar 7.000 hektar kebun sawit rakyat di Simeulue yang harus diremajakan. Masyarakat ikut menanam sawit sejak tahun 2006 karena melihat Perusahaan Daerah Kelapa Sawit (PDKS) milik pemda menanam sawit seluas sekitar 6.000 hektar," kata Soflyan kepada Elaeis.co, Kamis (2/12/2021) pagi.

Sayangnya, sawit milik warga tidak dirawat sama sekali walau berbuah lebat. Sebab, ternyata PDKS tidak memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) dan harga tandan buah segar (TBS) masa itu hanya berkisar Rp 200/kg.

Harapan muncul saat salah satu investor membangun PKS tanpa kebun di Simeulue. Namun di saat yang sama kebun sawit milik masyarakat sudah dalam kondisi tidak terawat.

"Saat itulah kami ditawari ikut PSR oleh pihak tertentu yang saya sampaikan tadi. Tapi saya dan petani sawit di Simeulue yakin bisa ikut PSR karena kami mendengar dan membaca berbagai informasi kalau program PSR dari Presiden Joko Widodo adalah nyata adanya," kata Soflyan.

Jalan untuk ikut PSR kembali terbuka setelah Soflyan berkomunikasi dengan Agus Salim, anggota DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh yang saat ini sedang menekuni produksi gula merah berbahan nira sawit. Oleh Agus, Soflyan lalu diarahkan agar menemui Ketua DPW APKASINDO Aceh, Sofyan Abdullah, untuk menanyakan langsung tata cara mengikuti program PSR. 

"Saya dan rombongan menempuh perjalanan darat dari Simeulue, melewati Kota Banda Aceh hingga ke Aceh Tamiang, untuk bertemu dengan Pak Sofyan Abdullah. Beliau kebetulan lagi ada di Tamiang untuk urusan gula merah sawit," kata warga Kecamatan Salang, Simeulue, itu. 

"Alhamdulilah, beliau menjelaskan detail tata cara mengajukan PSR. Kami juga menjadi bersemangat untuk membentuk APKASINDO Kabupaten Simeulue agar petani sawit di kampung kami itu punya posisi tawar yang kuat di hadapan pemerintah dan pengusaha sawit," Soflyan menambahkan.

Sofyan Abdullah, yang dihubungi terpisah, mengakui adanya pertemuan dengan Wali Nanggroe Simeulue tersebut. Kata dia, APKASINDO Aceh akan berupaya semaksimal mungkin agar program PSR bisa juga dirasakan petani sawit di Simeulue.

"Apa yang bisa kami bantu akan kami bantu. Ini semua demi petani sawit swadaya agar bisa membangun perkebunan sawit rakyat yang berkelanjutan," tegas Sofyan Abdullah. 


 

Komentar Via Facebook :