https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Dinilai Kurang Menguntungkan, Sejumlah Petani Palawija di Mukomuko Beralih ke Sawit

Dinilai Kurang Menguntungkan, Sejumlah Petani Palawija di Mukomuko Beralih ke Sawit

Ilustrasi petani sawit di Bengkulu. (Dok. Elaeis)


Bengkulu, elaeis.co - Lantaran secara analisa ekonomi kurang menguntungkan, sejumlah petani tanaman palawija di Desa Arga Jaya, Kecamatan Air Rami, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu,  banting setir ke komoditas kelapa sawit.

Selain kurang menguntungkan, belakangan komoditas palawija juga agak sulit dipasarkan.

Kepala Desa Arga Jaya, Janu Sutopo, mengatakan perkebunan kelapa sawit saat ini lebih unggul ketimbang tanaman palawija. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, hampir 20 persen penduduknya menanam sawit di lahan-lahan kosong dan pinggiran rumah.

“Jika dikalkulasikan keuntungan di antara keduanya, perbandingannya 60 persen kelapa sawit, dan 40 persen palawija. Hal ini dikarenakan hasil tanaman palawija sulit dipasarkan jika dibanding dengan kelapa sawit,” kata Janu, kepada elaeis.co, Sabtu (22/4) kemarin.

Ia mengakui bahwa petani palawija perlahan mulai beralih untuk berkebun kelapa sawit, dikarenakan pemasaran jagung, kacang-kacangan, kedelai, dan lainnya kadang-kadang tak ada pembeli. Kalaupun ada, tentu harganya lebih murah.

“Saya melihat, petani palawija di kampung perlahan mulai beralih berkebun kelapa sawit. Rata-rata mereka mengeluhkan sulitnya pemasaran dan untungnya yang kecil. Akhirnya, hasil panen terbuang dan kadang-kadang mubazir begitu saja,” jelas dia.

Apalagi, lanjut dia, saat masyarakat setempat sudah 80 persen berprofesi sebagai pekebun kelapa sawit. “Petani palawija kesusahan menjual dan memasarkan hasil panennya, itu saja masalah sebenarnya,” ucap Janu.

Berbeda dengan kelapa sawit yang telah didukung dengan adanya investor kelapa sawit di Mukomuko, sehingga hasil perkebunan sawit masyarakat lebih mudah dijual ke pabrik kelapa sawit yang ada.

Solusinya sekarang, kata Janu, berada di tangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai penanggungjawab yang harusnya mencarikan calon pembeli (tengkulak) agar hasil panen petani palawija dapat dengan mudah dipasarkan.

Janu berharap, petani setempat mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko melalui dinas terkait.

"Kalau memang mau mempertahankan petani palawija, ya harus balance, diberi stimulus dan sarana supaya petani mudah menjual dan untungnya masuk di kantong," tutup Janu.

Salah seorang petani palawija setempat, Rama (25), mengaku telah beralih dari palawija ke sawit sejak dua tahun terakhir. Namun untuk menunggu pohon sawitnya berbuah, Ia tetap menggarap aneka sayuran di lahan kosongnya.

"Masih kami tanami sayur sama palawija di sebagian lahan. Ada sekitar dua hektare, sisanya kami alihkan ke lahan sawit," singkatnya.

Komentar Via Facebook :