Berita / Serba-Serbi /
Ditopang Sawit, Nilai Tukar Petani Makin Kuat
Medan, elaeis.co - Nilai tukar petani (NTP) di Sumatera Utara (sumut) pada bulan Januari lalu tercatat sebesar 126,75 atau naik 0,63 persen dibandingkan dengan NTP Desember 2021 sebesar 125,95.
"Kenaikan NTP di bulan Januari disebabkan oleh naiknya NTP pada tiga subsektor, yaitu NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 1,27 persen, NTP subsektor peternakan sebesar 0,61 persen, dan NTP subsektor perikanan sebesar 0,60 persen," kata Dinar Butar-butar SE MSi selaku Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sumut kepada sejumah media di Medan, Kamis (3/2/2022) sore.
NTP subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,09 persen dan NTP subsektor hortikultura turun sebesar 2,05 persen.
Kata dia, NTP sangat penting guna mengetahui perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib). "Artinya, berapa perbandingan antara pendapatan dengan pengeluaran petani," ujar Dinar.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. Ia menyebutkan, NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Khusus NTPR, Dinar mengatakan mengalami kenaikan sebesar 1,27%, dari 160,10 pada bulan Desember 2021 menjadi 162,14 pada Januari 2022.
Berikutnya, It dalam NTPR yakni 172,55 pada Desember 2021 menjadi 175,71 atau turun 1,83%. Lalu, Ib atau pengeluaran petani perkebunan naik dari 107,77 pada Desember 2021 menjadi 108,37 pada Januari 2022 atau naik 0,55%.
Ib ini terdiri dari kebutuhan rumah tangga petani atau disebut indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM).
Untuk IKRT nilainya 107,29 menjadi 107,92 atau naik sebesar 0,59%. Untuk BPPBM dari 109,61 menjadi 110,06 atau naik 0,41%.
Pada Januari 2022, Dinar menyebutkan, beberapa komoditas produksi pertanian memberikan andil terbesar terhadap NTP di daerah pedesaan Sumut. Ia mencotohkan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPR yaitu kelapa sawit sebesar 1,91 persen dan kemenyan sebesar 0,02 persen.
Lalu pada subsektor tanaman pangan (NTPP), komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan NTPP adalah komoditas kacang kedelai sebesar 0,01 persen.
Pada subsektor hortikultura, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan NTPH, di antaranya cabai merah sebesar 3,37 persen, cabai hijau sebesar 0,45 persen, dan semangka sebesar 0,09 persen.
Pada subsektor peternakan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPT, yaitu ayam ras pedaging sebesar 0,70 persen, babi sebesar 0,45 persen, dan kambing sebesar 0,05 persen.
Pada subsektor perikanan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTNP, di antaranya kepiting laut sebesar 0,54 persen, udang laut sebesar 0,44 persen, dan udang payau sebesar 0,09 persen.
Komentar Via Facebook :