Berita / Sumatera /
Ditopang Sawit, Nilai Tukar Petani Riau Masih Tumbuh Positif
Pekanbaru, elaeis.co - Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Ini juga menunjukkan daya tukar produk pertanian itu. Artinya, semakin tinggi NTP, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan petani itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat, NTP Riau bukan September 2022 masih bergerak positif. NTP Provinsi Riau September 2022 sebesar 139,27 atau naik sebesar 4,44 persen dibanding NTP Agustus 2022 sebesar 133,35.
Penanggung Jawab Kegiatan Fungsi Statistik Distribusi BPS Riau, Fitri Hariyanti menjelaskan, kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 5,72 persen. Jumlah ini relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yaitu naik sebesar 1,23 persen.
"Pada September 2022, 6 provinsi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan NTP. Bengkulu tercatat sebagai provinsi dengan kenaikan NTP tertinggi di Pulau Sumatera yaitu naik sebesar 5,90 persen. Sementara provinsi Sumatera Selatan tercatat sebagai provinsi yang mengalami penurunan NTP tertinggi di pulau Sumatera yaitu turun sebesar 6,24 persen," kata Fitri dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Berdasarkan subsektornya, naiknya NTP ini masih ditopang oleh tanaman perkebunan rakyat, khususnya produk komoditas kelapa sawit.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat merupakan satu-satunya subsektor penyusun NTP yang mengalami kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan September 2022 yaitu naik sebesar 5,27 persen.
"Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 6,55 persen, khususnya kelapa sawit," jelasnya.
"Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan yang disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,22 persen, khususnya bensin, solar, rokok. Begitu juga dengan indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 1,23 persen, khususnya bensin, NPK, KCL dan lainnya," tambah Fitri.
Sedangkan 4 subsektor penyusun NTP lainnya, lanjut Fitri, mengalami penurunan. Subsektor Peternakan mengalami penurunan NTP terbesar yaitu turun sebesar 2,04 persen, kemudian di ikuti penurunan pada subsektor Perikanan sebesar 1,13 persen, lalu diikuti penurunan pada sub sektor Hortikultura turun sebesar 0,97 persen dan pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,21 persen.
Komentar Via Facebook :