https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Dua Gajah Jantan Kembali Masuk Perkebunan Warga Pelalawan

Dua Gajah Jantan Kembali Masuk Perkebunan Warga Pelalawan

Dua Gajah Jantan Kembali Masuk Perkebunan Warga Pelalawan


Pekanbaru, Elaeis.co- Dua gajah jantan yang sebelumnya terpisah dari kelompoknya dan digiring menuju habitatnya Tesso Utara kembali masuk ke perkebunan milik warga di dua desa yang ada di Kabupaten Pelalawan. Yakni desa Rantau Baru Bawah dan Desa Kuala Terusan, Kecamatan Pangkalan Kerinci.

Dua gajah yang diperkirakan gajah dewasa dan anakan itu kembali lantaran habitatnya dalam kondisi basah. Sementara satwa berbadan bongsor itu cenderung mencari makan di wilayah yang kering. 

"Ini masih gajah yang kemarin, yang sempat kita giring bulan lalu. Akibat curah hujan yang tinggi membuat habitatnya basah dan kembali lagi ke perkebunan warga. Karena memang dua desa ini cenderung kering," ujar Kabid Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah I  Andre Hansen, Selasa (02/02).

Menurut Hansen pihaknya memang tengah mengupayakan untuk melakukan penggiringan kembali, namun lantaran kurang koperatifnya warga menjadi salah satu hambatan. Meski begitu tim BKSDA Riau saat ini masih standby di sekitar lokasi.

"Harusnya tadi pagi kita sudah turun untuk melakukan penggiringan, namun ternyata kesepakatan antar warga belum tercapai. Sebagian warga justru menjaga kebunnya masing- masing dan menghalau gajah untuk lewat. Jadi kalau kita lakukan penggiringan sementara di depan di hadang maka gajah akan kembali lagi," tuturnya.

Sebelumnya pihaknya telah melakukan upaya penggiringan menuju perkebunan milik PT LIH, tapi justru di kebun perusahaan itu ada aktivitas yang menyebabkan gajah berbalik arah. " Kita sudah koordinasi dengan Camat untuk berkomunikasi ke pihak perusahaan untuk membantu memberikan jalan," bebernya.

Meski dua satwa dilindungi ini berada jauh dari permukiman warga, namun tak sedikit tanaman kelapa sawit milik warga rusak dimakan satwa berbelalai ini.

Selain ada hambatan dengan adanya sebagian masyarakat yang tidak koperatif, faktor lain adalah lokasi dimana gajah itu berada tidak dapat diakses oleh kendaraan bermotor. Hal ini mengakibatkan pihak BKSDA Riau kesulitan untuk menurunkan gajah jinak dalam upaya penggiringan.

"Kita ada rencana turunkan gajah jinak kita, tapi kondisi lokasi yang rawa dan tidak dapat dilalui kendaraan sulit untuk memobilisasi gajah jinak  kita. Malahan untuk sampai di lokasi kita juga harus menyebrang menggunakan pompong. Sepeda motor saja tak bisa masuk," jelasnya.

Diinformasikan Hansen dua gajah ini berada di lokasi yang sama. Pihaknya saat ini masih menuggu kesepakatan warga dua desa tersebut untuk melakukan penggiringan. "Kita masih menuggu kesepakatan masyarakat agar penggiringan kita berhasil," ucapnya.

Untuk diketahui, dua gajah ini sebelumnya sempat berada hanya 300 meter dari permukiman warga awal 2021 kemarin.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :