Berita / Bisnis /
Trend Harga TBS Sepekan Terakhir
Dua Provinsi ini Berbagi Jagoan Harga TBS. Empat Persoalan ini Picu Perbedaan Harga
Jakarta, elaeis.co - Kemarin DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) merilis harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit periode 6-11 November 2023.
Harga swadaya dan bermitra yang sangat bervariasi itu berasal dari 22 provinsi yang memiliki pengurus maupun anggota Apkasindo.
Dalam selembar data yang diteken oleh Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung dan Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino itu kelihatan kalau sepanjang 6 november hingga 11 November, harga swadaya dan bermitra di; Sumut, Riau, Sumsel, Bengkulu, Sumbar, Jambi, Aceh, Babel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kaltara, Kalteng, Sulteng, Sultenggara, berada di angka kepala dua.
Harga swadaya terendah Rp2000 dan tertinggi Rp2.325. Sementara untuk harga bermitra, harga terendah Rp2000 dan tertinggi Rp2.450.
Selain dari provinsi di atas tadi, harga swadaya cuma bertengger di angka kepala satu dan kepala dua untuk yang bermitra.
Tapi itu enggak semua. Sebab, Banten, Gorontalo, Papua dan Papua Barat, harga TBS Kelapa Sawit bermitra maupun swadaya, malah sama-sama di angka kepala satu.
Kalau kemudian diranking selama sepekan itu, Riau menjadi jagoan harga TBS swadaya dan Sumut harga bermitra.
Lantas apa yang membikin harga TBS menjadi beragam seperti itu? "Pertama, kalau di satu daerah itu banyak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang tidak punya kebun inti, akan lebih tinggi harga," kata praktisi industri sawit, Hotli Maruli Sirait saat berbincang dengan elaeis.co, tadi siang.
Beda kalau di satu daerah itu minim PKS non kebun inti, harga akan tertekan lantaran PKS yang punya kebun inti hanya akan seadanya saja membeli TBS dari luar.
Penyebab kedua, jarak tempuh pabrik ke tanki timbun. "Semakin dekat PKS ke tanki timbun, akan semakin murah ongkos angkut," kata lelaki 40 tahun ini.
Pengaruh ketiga adalah Oil Rendemen (OR). Kalau rendemen sudah oke kata ayah tiga anak ini, harga enggak mungkin bohong.
"Di daerah saya, perbandingan OR kemitraan dan swadaya itu mencapai 5%. Persentase ini sudah membikin harga sawit petani swadaya dan bermitra, jomplang hampir Rp100," Hotli membandingkan.
Hal berikut yang mempengaruhi adalah harga kontrak Crude Palm Oil (CPO). "Harga jual memang tiap hari, tapi harga kontrak enggak akan tiap hari. Lantaran orang tahunya harga tiap hari, maka PKS akan selalu berusaha mencocokkan harga," katanya.
Keragaman harga TBS di 22 provinsi yang dirilis oleh DPP Apkasindo, kemarin. foto: ist
Lantaran menghadapi kondisi semacam ini kata Hotli, separuh tahun PKS akan selalu rugi. Penyebabnya ya itu tadi, mulai dari faktor produksi, harga CPO dan rendemen.
"Dalam setahun itu, ada yang namanya siklus buah pucuk. Itu bisa terjadi 2-3 kali. Kalau sudah dalam situasi seperti ini, mau disortir pun TBS itu, rendemen tetap saja enggak ketemu," ujarnya.
Oleh semua keadaan ini, Hotli berharap agar pemerintah dan semua stakeholder mau melakukan pembinaan terhadap petani secara menyeluru.
"Gimana menimbulkan kesadaran petani swadaya untuk merawat kebun, panen yang baik, itu teramat penting. Lagi-lagi saya bilang, kalau rendemen sudah oke, harga enggak akan mungkin bohong," dia mengulangi.
Komentar Via Facebook :