https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Dua Tahun Babak Belur, Memasuki 2024 Petani Sawit Kembali Full Senyum

Dua Tahun Babak Belur, Memasuki 2024 Petani Sawit Kembali Full Senyum

Petani sawit mengumpulkan hasil panen. foto: MC Riau


Pekanbaru, elaeis.co - Setelah mengalami kerugian besar sejak 2022, memasuki 2024 petani sawit akhirnya kembali menikmati untung dari usahanya.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr Gulat ME Manurung mengatakan, petani sawit di Indonesia mengalami kerugian cukup besar akibat naiknya harga pupuk kimia dan larangan ekspor minyak sawit atau CPO yang diberlakukan pada April 2022 lampau.

"Itu membuat harga pokok produksi (HPP) petani sawit naik menjadi Rp 2.250/kg. Sementara harga di pabrik kelapa sawit (PKS) rata-rata cuma Rp 1.800/kg waktu itu. Berarti petani tekor antara Rp 200 sampai Rp 300/kg," katanya kepada elaeis.co, kemarin. 

"Situasi itu terjadi sejak dari larangan ekspor diterapkan April 2022 sampai pertengahan 2023. Akibat pelarangan ekspor itu, kan harga TBS ambruk jadinya," sambungnya.

Agar bisa bertahan, katanya, para petani sawit terpaksa putar otak untuk menyiasati keadaan. Salah satunya dengan mengurangi pemupukan. 

"Kenapa bisa survive? Ya karena petani mengurangi pupuk. Bahkan ada yang tidak memupuk sama sekali. Kalau tidak, nggak dapat untung," tandasnya.

Sangat disyukuri saat ini situasi jauh berubah. Menurut Gulat, beberapa pekan terakhir petani sudah bisa merasakan keuntungan tanpa harus menghemat biaya produksi.

"Di akhir 2023 harga pupuk sudah turun, maka HPP turun juga, kembali ke Rp 2.000/kg," sebutnya.

"Dan alhamdulillah sejak awal 2024 harga CPO membaik, saat ini sudah lebih Rp 12.000/kg sehingga harga TBS rata-rata sudah menyentuh Rp 2.200 sampai Rp 2.500/kg. Dengan harga TBS sekarang, petani sudah dapat untung Rp 200 sampai Rp 500/kg," pungkasnya.
 

Komentar Via Facebook :