Berita / Nusantara /
Duit Cabe Rawit Solusi Untuk Rawat Sawit di Masa Sulit
Medan, Elaeis.co - Mengikuti hukum pasar, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit juga mengalami fluktuasi. Setelah berbulan-bulan naik, sudah beberapa pekan terakhir harga TBS turun. Petani sawit pun harus menyiasati keadaan.
“Sejak jauh-jauh hari saya tak mau terlena dengan harga TBS yang sedang bagus. Sebab pasti ada saatnya harga akan turun. Karena itulah saya buat persiapan, saya tanam cabe rawit di sela-sela kebun sawit saya,” kata Abdul Sembiring, seorang petani sawit di Bagansiapiapi, Provinsi Riau, kepada Elaeis.co lewat sambungan telefon, Selasa (29/6).
Abdul enggan mengungkapkan luas kebun sawit miliknya. “Halah, cuma sekian hektar saja. Yang penting cukup untuk makan keluarga,” ujarnya.
Saat ini sebagian cabe yang dia tanam sudah mulai panen. Hasilnya belum maksimal karena belum semuanya bisa dipetik. “Tapi lumayanlah buat saya. Sebab, satu batang bisa menghasilkan sampai satu kilogram cabe rawit,” ungkapnya.
Awalnya dia enggan menjelaskan ‘resep’ agar cabe bisa berbuah banyak. Setelah didesak, akhirnya dia menyebutkan kuncinya adalah pada perawatan tanaman mulai dari persiapan menanam hingga tanaman tumbuh.
“Tanaman cabe rawit saya hanya pakai bahan-bahan organik. Yakni pupuk kotoran hewan dan gambut yang sudah difermentasi,” bebernya.
Ia tak mau menggunakan pupuk kimia untuk tanaman cabe rawitnya. “Bibitnya dari Bagansiapiapi, murni bibit lokal. Disemai tanpa pakai insektisida,” sebutnya.
Ia menamai cabenya itu Rawit Organik Pesisir. “Karena memang pakai bahan organik dan ditanam di daerah pesisir,” tukasnya.
Menurutnya, hasilnya panen cabainya saat ini saja sudah cukup memuaskan. “Ada yang kami jual, ada yang dikonsumsi sendiri, masih bisa juga kami bagikan ke tetangga,” ucapnya.
Hasil penjualan cabai, katanya, bisa membantu menutupi biaya perawatan kebun sawitnya. “Yang penting kita kreatif. Jangan terlena saat harga TBS naik, dan jangan menyerah saat harga TBS turun,” pungkasnya.
Komentar Via Facebook :