https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Efek Puan dan Banteng Ketaton

Efek Puan dan Banteng Ketaton

Agung Marsudi. foto: dok. pribadi


"Jateng makin Gayeng!" Apalagi pasca drama politik tidak diundangnya Ganjar Pranowo dalam acara pengarahan kader se-Jateng jelang Pilpres 2024 oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani, yang juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, makin menunjukkan mulai adu (f)aksi yang ngotot, kebakaran jenggot.

Posisi Ganjar, yang gubernur, yang punya wilayah, yang tuan rumah, yang kader, yang petugas partai, bisa dibegitukan, apalagi wong cilik. Ganjar sengaja dirumahkan (digawe lingsem). "Mateng ora diceluk, moro ojo-ojo ditapuk". Jurus banteng mabuk.

Tentu, saya tak kenal Bambang Pacul, yang seperti biasa, bersuara dengan nada tinggi dan berani. Karena, saya hanya warga biasa, kebetulan orang Jawa, yang kini bermastautin di Sumatera.

Suksesi kepemimpinan nasional 2024, masih jauh, kenapa mesti ribut hari ini. Mau siapapun, seberapa berpengaruh bagi kehidupan wong cilik, yang telah lama menjadi obyek "penderita". Jualan demokrasi "kepepet butuh".

Di tengah pandemi, panggung politik nasional memang banyak yang kosong. Hentikanlah polemik dan arogansi. Dampak politik "Banteng Ketaton" layak dipertimbangkan. Tidak elok beradu "tanduk", hanya untuk berebut "pincuk". Ingat istilah intelijen, "Cu Me Mu" ; Cuaca, Medan dan Musuh. Masih banyak pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Urusan pacul, serahkan kepada petani.

Sudah bukan rahasia. Hitam putih PDI-P itu ada di Bu Mega. Masih segar ketika billboard merah besar bergambar Soekarno, Megawati, Puan Maharani, bertuliskan "Ojo Pedhot Oyote". Bagi rakyat kecil, mungkin hanya "pacul" sebagai senjata penting petani, yang bisa medhot oyot.

"Kalimat kuasai Jawa" dalam politik "one man one vote" sudah bisa ditebak kemana arahnya. Sehingga "efek Puan", mulai dimunculkan ke permukaan. 

Demokrasi itu pilihan, kecuali Demokrasi Indonesia Perjuangan.


Agung Marsudi

Pemerhati masalah-masalah urban, lingkungan dan sosial politik. Lahir di Solo, 03 Maret 1970. Lebih dari dua dasawarsa, penggemar olahraga panjat tebing ini, juga terlibat dalam kegiatan pemetaan potensi dan analisis data sosial, ekonomi dan politik. 

Keseriusannya di bidang geospasial, telah mengantarkannya mengelilingi Indonesia dengan mosaik dan keragamannya.

Founder lembaga kajian Duri Institute yang berkhitmad pada persoalan kebangsaan, migas dan kearifan lokal ini juga aktif di berbagai kegiatan antikorupsi serta menjadi narasumber di berbagai diskusi, seminar, workshop tentang kedaulatan Migas Indonesia.

Menjadi pembicara dalam Kajian Akademis Tata Kelola Migas di Indonesia: Keuangan Negara dan Daerah serta Petroleum Fund, Universitas Indonesia dan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, terkait Perang Asimetris & Skema Penjajahan Gaya Baru.

Menulis dua buah buku terkait anatomi dan sepak terjang Chevron di Blok Rokan; Duri Tanah Air Baru Amerika (2010) dan Chevronomics (2016).


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :