https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Ekonomi DKI Meroket 10,91 Persen, Nomor 5 se-RI

Ekonomi DKI Meroket 10,91 Persen, Nomor 5 se-RI

Foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berbincang secara virtual dengan Walikota London, Sadiq Khan. (Tangkapan Layar Instagram @aniesbaswedan)


Jakarta, Elaeis.co - Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) membawa kabar gembira. Ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal II-2021. Tidak sekadar tumbuh, tetapi melesat.

Pada April-Juni 2021, output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak kuartal IV-2004.

Pencapaian tersebut sekaligus mengakhiri rentetan pertumbuhan negatif (kontraksi) yang terjadi selama empat kuartal beruntun. Akhirnya Indonesia bisa lepas dari jerat resesi ekonomi.

Secara spasial, seluruh wilayah utama juga membukukan pertumbuhan ekonomi positif. Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan capaian 8,75%.

Namun kontribusi Jawa tetap sangat dominan di perekonomian Ibu Pertiwi. Dari nilai PDB kuartal II-2021 yang sebesar Rp 4.175,8 triliun, hampir 58% disumbangkan oleh Jawa. 

Menurut provinsi, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan positif. Hanya Papua Barat yang masih terkontraksi.

Dari 34 provinsi, hanya sembilan yang mancatatkan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional. 

Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Maluku Utara membukukan pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu 16,89%. Lebih tinggi dibandingkan pencapaian kuartal I-2021 yang sebesar 13,45%.

Sektor pertambangan dan penggalian menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi provinsi yang beribu kota di Halmahera tersebut. Salah satunya adalah nikel, yang sedang naik daun seiring tren kendaraan listrik.

Juni lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan operasi produksi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Smelter HPAL ini dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Lygend (HPL) dan diperkirakan memakan biaya mencapai lebih dari US$ 1 miliar.

"Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan nikel serta cobalt yang cukup, didukung oleh mineral lain seperti tembaga, alumunium, dan timah yang akan menjadi modal besar untuk bermain dalam industri kendaraan listrik," jelas Luhut, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian.

Sementara ibu kota DKI Jakarta juga mencapai pertumbuhan ekonomi yang impresif yaitu 10,91%. Jakarta menduduki peringkat kelima.

Mengutip keterangan resmi BPS DKI Jakarta, setidaknya ada empat catatan peristiwa yang mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi pimpinan Gubernur Anies Rasyid Baswedan tersebut yaitu:

- Pelonggaran aktivitas sosial-ekonomi masyarakat pada kuartal II-2021.

- Perayaan Hari Raya Idul Fitri.

- Tunjangan Hari Raya (THR) plus gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor yang berlaku pada Maret 2021.

Poin pertama membuat sektor penyedia akomodasi makan-minum tumbuh tinggi yaitu 45,38%. Pada kuartal II-2021, pemerintah memang masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro untuk meredam penyebaran virus corona. Namun sudah ada pelonggaran, misalnya restoran sudah bisa menerima pelanggan yang makan-minum di tempat meski belum boleh dalam kapasitas 100%.

"Tingkat Penghunian Kamar (TPK) tumbuh 102,92%. Sementara Pajak Restoran tumbuh positif," sebut keterangan BPS DKI Jakarta.

Sektor lain yang juga tumbuh tinggi adalah transportasi dan pergudangan yaitu 41,71%. Penumpang angkutan darat, laut, dan udara tumbuh positif karena warga Jakarta tidak lagi #dirumahaja. Volume jasa kurir juga meningkat karena masih banyak yang berbelanja dari rumah.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah masih menjadi motor utama dengan pertumbuhan 26,7%. Selain belanja pegawai karena THR dan gaji ke-13, belanja barang juga meningkat terkiat kebutuhan penanganan pandemi.

Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 63,39% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta, berhasil tumbuh 8,46%. Ini adalah pertumbuhan positif pertama dalam lima kuartal terakhir.

Tiga faktor yang mengatrol konsumsi rumah tangga di Jakarta adalah sebagai berikut:

- Jumlah pelanggan listrik rumah tangga tumbuh positif.

- Jumlah pengunjung tempat rekresasi meningkat.

- Konsumsi internet rumah tangga untuk pendidikan dan pekerjaan meningkat.

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :