Berita / Sumatera /
Ekonomi Sumut Masih Sangat Bergantung pada Perkebunan Sawit, namun ...
MEDAN, elaeis.co - Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) masih sangat bergantung pada sektor pertanian, terutama ditopang oleh subsektor perkebunan kelapa sawit.
"Hal itu terlihat dari data yang ditunjukan BPS Sumut untuk kuartal pertama 2024," ucap pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, kepada para wartawan, termasuk elaeis.co, di Medan, kemarin.
Ia yakin di kuartal kedua, perekonomian Sumut akan lebih berkembang lagi dengan tetap mengandalkan perkebunan kelapa sawit.
Baca juga: Aktivis Buruh Sawit Apresiasi Fraksi PKS di DPRD Sumut
Namun Wahyu berharap, ketika subsektor sektor perkebunan kelapa sawit terus berkembang, seharusnya industri pendukungnya juga bisa lebih berkembang.
"Industri pengolahannya (yang berbasis sawit - red) seharusnya bergerak juga," tutur Wahyu lebih lanjut.
Wahyu mengaku optimis industri pengolahan atau hilirisasi sawit di Sumut bakal berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah investor yang masuk ke kawasan ekonomi khusus (KEK) Sei Mangke di Kabupaten Simalungun.
Baca juga: Harga Sawit di Sumut kembali Melambung Jadi Rp3.093.42/Kg
"Sudah banyak investor yang masuk (ke KEK Sei Mangke - red), dan ini tentunya harus bisa menjadi momentum bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara untuk saling bekerjasama," ucap dosen di Fakultas Ekonomi (FE) USU ini.
"Khususnya dalam mendorong kemudahan berinvestasi (untuk industri hilir sawit) di Sumut," Wahyu Ario Pratomo menambahkan.
Ia melihat titik awal kemudahan berinvestasi tersebut sudah ditunjukkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut dengan rencana mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) yang berisi tentang kemudahan berinvestasi di Sumut, khususnya di industri pengolahan.
Baca juga: CPO Jadi Penyelamat Kualitas Ekspor Sumut
"Sudah, sudah hampir selesai (Pergub tersebut). Ini berarti menunjukkan komitmen kuat dari Pemprov Sumut untuk mendorong munculnya investasi, khususnya di industri pengolahan," tegas Wahyu Ario Pratomo selaku akademisi dari FE-USU.
Komentar Via Facebook :