Berita / Internasional /
Ekspor Sawit Naik Tajam, Makin Banyak yang Sentimen
Jakarta, Elaeis.co - Sepanjang tahun 2021, nilai ekspor minyak sawit dari negara-negara produsen sawit di dunia yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) mencapai USD 29 miliar. Terjadi peningkatan tajam, mencapai 155 persen, dibandingkan tahun sebelumnya.
"Peningkatan ekspor ini menunjukan adanya ketahanan dan krusialnya peran sektor kelapa sawit dalam mendukung dan mempercepat pemulihan ekonomi global di tengah serangan pandemi Covid-19," kata Menteri Koordinator Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, dalam siaran pers CPOPC yang diterima Elaeis.co, Selasa (7/12/2021).
Pernyataan itu diungkapkan Airlangga dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-9 CPOPC yang diselenggarakan secara hybrid (daring dan luring) di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).
Indonesia sendiri, kata dia, memanfaatkan momentum positif itu dengan mewujudkan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan. Termasuk melakukan finalisasi sertifikasi rantai pasok sawit di sektor hilir.
Tetapi, ibarat pohon, semakin tinggi maka semakin kencang pula terpaan angin. "Begitu juga yang dirasakan Indonesia dalam industri sawit yang sedang tumbuh pesat ini," ujar Airlangga.
Pihaknya mencatat terjadi tren kebijakan diskriminatif yang berkembang di sejumlah negara terhadap kelapa sawit. "Ini tentu akan merugikan pembangunan sektor kelapa sawit," katanya.
Kegelisahan yaang sama juga dirasakan para produsen sawit lainnya. Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Zuraida Kamaruddin, misalnya, menyebutkan, Malaysia sangat prihatin terhadap berkembangnya sentimen anti sawit yang dihembuskan sejumlah pihak.
Kalau dibanding-bandingkan, kata Datuk Zuraida, kelapa sawit justru tanaman yang lebih efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
"Propaganda dan kebencian terhadap minyak sawit telah berubah menjadi lebih serius dan itu adalah sesuatu yang perlu dilawan oleh CPOPC dengan cara yang lebih efektif," tegasnya.
Ia meminta CPOPC untuk melawan kampanye hitam itu dengan menggunakan kemajuan teknologi saat ini, termasuk memanfaatkan platform siber, guna menghempang hoaks tentang sawit.
Wakil Menteri Pertanian dan Peternakan Honduras, David Wainwright, meminta CPOPC untuk lebih gigih lagi untuk menuntut perlakuan yang lebih adil bagi minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.
Menteri Pertanian dan Peternakan Papua Nugini, John Simon, menegaskan CPOPC harus memiliki satu suara untuk melawan hambatan perdagangan sekaligus membuktikan praktek keberlanjutan minyak sawit dan tantangan pembangunan di berbagai negara di dunia.
Wakil Menteri Pertanian Kolombia, Juan Gonzalo Botero, juga menyampaikan hal yang sama. Namun pihaknya meminta CPOPC untuk juga menguatkan dan mendukung kampanye, promosi, penelitian dan studi secara global untuk membangun kerangka kerja yang bisa mengatur prinsip produksi kelapa sawit berkelanjutan.
Komentar Via Facebook :