Berita / Bisnis /
Emiten Sawit ini Tengah Fokus Rawat Bibit Unggul
Jakarta, Elaeis.co - Emiten sawit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menyatakan sampai dengan Juni penyerapan belanja modal (capex) masih sesuai dengan rencana kerja.
Direktur UNSP, Andika W. Setianto memaparkan, tahun ini perusahaan menyiapkan belanja modal senilai Rp 360 miliar. Sebesar Rp 210 miliar akan ditujukan untuk kebutuhan pabrik, infrastruktur, hingga perizinan usaha. Sisanya akan dialokasikan untuk penanaman kembali (replanting).
“Penggunaan capex masih sesuai dengan rencana. Yakni untuk replanting (tahun-0), Tanaman Belum Menghasilkan (TBM, tahun 1-3), perbaikan infrastruktur jalan, perizinan usaha, hingga kebutuhan pabrik,” paparnya, dikutip Kontan.co.id.
Ia tidak memberikan detail serapan capex yang terealiasasi. Ia hanya menyebutkan bahwa modal tersebut diperuntukkan untuk penggunaan jangka panjang guna merawat bibit unggul sawit.
Menurutnya, UNSP tahun ini fokus memproduksi dan menggunakan bibit unggul sawit di kebunnya. Hal tersebut dipercaya dapat meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) menjadi 40 ton per hektar dan produksi minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 10 ton per hektar.
CPO yang dihasilkan saat ini berasal dari pohon sawit yang sudah berusia 25 tahun. Karena itu, UNSP mengambil strategi jangka panjang melakukan replanting atau peremajaan untuk perbaikan produktivitas yang diawali dengan pemakaian bibit unggul.
“Kami fokus pada perbaikan produktivitas. Maksudnya, dari luasan hektar yang sama tapi bisa menghasilkan ton TBS yang lebih banyak. Berarti ada peningkatan volume produksi per hektar yang akan berdampak ke penjualan dan biaya per kilogram yang lebih efektif dan efisien karena kilogramnya meningkat, memperbaiki profitabilitas,” jelasnya.
Andi mengatakan, UNSP masih berjalan di awal program jangka panjang peremajaan. Hingga tiga tahun TBM, replanting akan berdampak ke penurunan produksi temporer.
“Melihat hal tersebut, strategi BSP adalah menanamkan produktivitas berkelanjutan (sustainable productivity) dengan terus memperbaiki aspek operasional yang terlihat di top-line laporan laba rugi. Sedangkan kerugian non-operasional banyak terkait beban keuangan, selisih kurs, penyisihan yang merupakan indikasi diperlukannya penyesuaian atau restrukturisasi nilai utang, ekuitas, dan aset yang lebih sustainable,” katanya.
Komentar Via Facebook :