https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Era Migas Berlalu, Aceh Gali Komoditas Ekspor Baru

Era Migas Berlalu, Aceh Gali Komoditas Ekspor Baru

Penjabat Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, menggelar Rapat Koordinasi Pengembangan Ekonomi Aceh dengan seluruh Bupati/Walikota dan Kepala SKPD. foto: Biro Adpim Setda Aceh


Banda Aceh, elaeis.co - Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, meminta seluruh bupati/walikota dan kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk fokus mengembangkan ragam komoditas unggulan yang dimiliki Aceh agar berorientasi ekspor. Ia yakin, dengan cara ekspor, perekonomian Aceh dapat lebih ditingkatkan.

“Setiap kabupaten/kota harus memiliki produk dan komoditas unggulan masing-masing dan menjadi identitas suatu daerah,” jelas Marzuki melalui keterangan resmi Biro Adpim Setda Aceh baru-baru ini.

Menurutnya, Aceh harus memiliki identitas ekonomi andalan yang baru. "Jika dulu Aceh terkenal dengan limpahan minyak dan gas (migas), maka saat ini Aceh harus unggul dan maju dengan ragam komoditas pertanian dan kelautan," tukasnya.

Dia juga meminta Kepala Bank Aceh Syariah dan Kepala Perwakilan Bank Syariah Indonesia di Aceh untuk membantu usaha masyarakat melalui kredit usaha rakyat (KUR) dan CSR.

Lebih lanjut, untuk mendukung aktivitas ekspor komoditas yang ada di Aceh, Marzuki segera membangun komunikasi dengan Kementerian Keuangan supaya sarana tol laut yang ada di Aceh dapat beroperasi dengan baik. Ia berharap seluruh kapal pengangkut barang yang bersandar di sejumlah pelabuhan yang ada di Aceh dapat terisi penuh dengan berbagai komoditi masyarakat.

"Bupati/walikota dan para kepala dinas terkait harus menjadi penghubung dan memfasilitasi antara masyarakat dengan dunia usaha. Dengan begitu ragam komoditas pertanian dan kelautan yang diusahakan masyarakat dapat berorientasi ekspor," ucapnya.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, Safuadi, menyebutkan, dari 17 komoditas yang diminati dunia, sebanyak empat diantaranya dimiliki Aceh dengan kualitas terbaik. Yakni ikan, minyak kelapa sawit, kakao, dan kopi.

“Selama ini banyak komoditas Aceh dikirim ke provinsi lain. Lalu oleh provinsi lain diekspor ke luar negeri dengan harga yang naik berkali lipat,” ungkapnya.

Safuadi mengatakan, pasar untuk menjual ragam komoditas yang dimiliki Aceh terbuka lebar ke negara-negara yang berada di wilayah Asia Selatan dan Timur Tengah. "Salah satu kendala Aceh saat ini adalah kurangnya penghubung untuk bisa mempertemukan produk yang dijual dari Aceh kepada pembeli dari negara lain," sebutnya.

Dia juga menilai ekspor minyak sawit mentah atau CPO menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Aceh. Penerimaan negara dari Bea Keluar dari ekspor CPO dan produk sampingan minyak kelapa sawit seperti palm acid oil (PAO) pada triwulan I tahun 2023 mencapai Rp13,4 miliar. Nilai itu sekitar 26,62 persen dari target Bea Keluar Rp50,4 miliar yang ditetapkan untuk tahun ini.

Selain CPO dan PAO, Aceh juga tercatat mengekspor cangkang kelapa sawit. Negara tujuan ekspor produk turunan kelapa sawit dari Aceh diantaranya India, Jepang, Hong Kong, dan Singapura

Agar ekspor CPO dan PAO melalui Pelabuhan Calang di Kabupaten Aceh Jaya dan Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara meningkat, Bea Cukai telah memberi fasilitas atau kemudahan kepada pelaku usaha di Aceh.

"Diantaranya berupa fasilitas kepabeanan, pusat logistik berikat dan kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus, kawasan tempat penimbunan sementara, kawasan pabean, serta fasilitas pembebasan Bea Masuk," paparnya.
 

Komentar Via Facebook :